SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Sebuah terobosan luar biasa muncul dari komunitas lokal di Palembang, Sumatra Selatan. Choirul Bahri, yang akrab disapa Elonk, telah mengembangkan “Enzym Belimbing Wuluh” yang menghadirkan solusi bermanfaat untuk berbagai masalah sekaligus.
Sejak tahun 2021, Elonk memulai perjalanan panjangnya dalam menciptakan “Enzym Belimbing Wuluh.” Keputusan ini terinspirasi oleh melimpahnya pohon belimbing wuluh di sekitar rumahnya dan keinginannya untuk tidak hanya memanfaatkannya dalam masakan, tetapi juga menciptakan nilai tambah.
Proses pembuatan “Enzym Belimbing Wuluh” memakan waktu lebih dari enam bulan, yang merupakan hasil dari dedikasi dan pengetahuan yang diperoleh dari literatur dan pelatihan pemanfaatan belimbing wuluh. Belimbing wuluh dikumpulkan, dibersihkan secara hati-hati menggunakan pisau kayu atau pisau marmer untuk memastikan tidak ada unsur logam yang terkontaminasi, karena dapat mempengaruhi kualitas enzym. Kemudian, belimbing wuluh tersebut difermentasi selama enam bulan dalam sebuah ember besar yang hermetik tertutup.
Hasilnya adalah cairan enzym yang telah teruji dan telah digunakan dalam berbagai bidang. Enzym ini telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan penyakit seperti diabetes dan kanker serviks. Bahkan, pertengahan tahun 2022, kerjasama dengan Kilang Pertamina Internasional Plaju membuktikan bahwa “Enzym Belimbing Wuluh” dapat digunakan untuk mengurangi bau limbah tempe di Kampung Pangan Plaju Ulu dengan menghambat pertumbuhan bakteri ekoli.
Elonk, seorang ayah tiga anak, telah menjalani perjalanan luar biasa ini dengan dedikasi dan semangat untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Selama satu produksi enam bulan, ia bisa menghasilkan sekitar 100 liter cairan enzym. Produk ini telah diuji di laboratorium bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang dan Pemkot Palembang sebelum dipasarkan pada tahun 2022.
Selain menjadi solusi untuk masalah kesehatan, “Enzym Belimbing Wuluh” ini adalah bukti inovasi yang baru dan pertama kalinya di Kota Palembang, yang juga telah memperoleh perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pertamina, yang telah menggunakannya untuk mengolah limbah di Plaju Ulu. Enzym ini telah membantu mengurangi bau limbah tempe yang pekat dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Muhammad Taufik, salah satu perajin tempe binaan program Kampung Pangan Inovatif Kilang Pertamina Plaju mengaku, sejak diteteskannya cairan Eco-Enzym ke dalam inlet IPAL yang terinstalasi di dekat rumahnya, tak lagi terendus bau tak sedap. “Alhamdulillah sekarang benar-benar tak terasa lagi bau tak sedapnya,” ujar Taufik.
IPAL yang diinstalasi Kilang Pertamina Plaju pun digerakkan dengan Solar Cell berkapasitas 2,2 KWp sebagai sumber energi, yang terpasang di atap rumah perajin tempe. Sehingga, selain mendorong terwujudnya lingkungan yang bersih, instalasi solar cell ini juga mengajak masyarakat melek pada agenda transisi energi.
Hendriansyah Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Selatan mengatakan, perlu percepatan penerapan energi baru dan terbarukan di masyarakat. “Perlu kita percepat dan dorong implementasi nya sebagai bagian dari transisi energi, khususnya yang berdampak pada aspek perekonomian masyarakat yang berkelanjutan,” ujarnya.
Kilang Pertamina Plaju, menurut Hendri, sudah sangat baik dalam mendorong masyarakat di dalam usaha mewujudkan program transisi energi ini. “Dengan adanya Solar Cell dengan kapasitas 2,2 kWp, yang berada di lokasi industri rumah tangga yang merupakan produsen tempe di Plaju Ulu ini kami nilai sangat baik. Apalagi energi terbarukan dari sinar matahari ini dimanfaatkan untuk menggerakkan pengelolaan limbah tempe yang awalnya mencemari lingkungan,” tutur Hendri.
Hal ini merupakan suatu inovasi yang patut menurutnya patut dibanggakan, mengingat ini adalah inovasi baru dan pertama di Palembang. “Bahkan menurut saya, ini adalah yang baru dan pertama di Palembang bahkan Sumatera Selatan, belum ada usaha-usaha tempe yang pengelolaan limbahnya memanfaatkan energi baru dan terbarukan tersebut, karena inovasi pengelolaan limbah tempe ini memanfaatkan energi bersih, ramah lingkungan, sehingga tidak bergantung pada listrik konvensional yang diproduksi dari bahan bakar fosil dan produsen tempe tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kebutuhan listriknya,” sambung Hendri.
Tidak hanya fokus pada lingkungan yang bersih dan sehat, Pertamina berupaya keras agar dapat membantu masyarakat di sekitar area kilang Plaju untuk bisa berinovasi dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Termasuk dalam mendukung produksi serta pemanfaatan enzym dari hasil karya peraih Proklim Lestari di Kampung Mari itu. “Ini adalah inovasi dari Pertamina. Disana ada kampung iklim, dan Elonk adalah tipikal local hero yang aktif dan mau belajar. Berawal dari banyaknya belimbing wuluh di sekitar rumahnya, ia belajar ke banyak narasumber dan mempelajari berbagai jurnal hingga akhirnya menciptakan eco-enzym,” kata Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang, Ahmad Mustain mengatakan, inovasi eco enzym ini sangat penting dan harus diapresiasi. “Apalagi enzyme ini mampu diproduksi masyarakat kelompok binaan dari Pertamina Plaju ini,” ujarnya.
*”Enzym ini mampu untuk menjadi bahan pengurai limbah di industri rumah tangga produsen tempe di Plaju. Hal ini baru dan pertama di kota Palembang, yang tentunya sangat baik karena dapat bermanfaat bagi kelompok industri tempe agar lebih ramah lingkungan serta mengurangi beban pencemaran di lingkungan masyarakat sekitar industri tempe,” jelasnya.
Ia berharap agar inovasi ini menjadi contoh bagi kelompok masyarakat lainnya terutama industri rumah tangga dapat memperhatikan pengelolaan limbahnya dan aspek lingkungan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah 2023 ini, menunjukkan bahwa ecoenzim buah Averrhoa bilimbi L. memiliki konsentrasi protein sebesar 0.459 mg/ml. Aktivitas amylase mencapai tingkat optimum pada pH 5 sebesar 11,713.871 U/mg, sementara aktivitas lipase dan protease mencapai tingkat optimum pada pH 8 dan pH 6, masing-masing sebesar 3.667 U/mg dan 13,400.77 U/mg.
Secara keseluruhan, penelitian ini mengungkapkan bahwa ecoenzim buah Averrhoa bilimbi L. memiliki aktivitas enzimatik yang berbeda pada pH yang berbeda. Hasil ini dapat menjadi informasi berharga dalam pengembangan aplikasi ecoenzim ini dalam berbagai industri dan untuk mendukung praktik ramah lingkungan.
Elonk tidak hanya menjual produknya secara online tetapi juga telah menerima permintaan besar dari berbagai pihak. Walaupun permintaan tinggi dari pasar ekspor, produksi masih terbatas. Dalam usahanya ini, Pertamina telah memberikan dukungan besar, mulai dari fasilitasi uji coba di laboratorium hingga mendukung proses izin usaha dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Inovasi Elonk adalah contoh nyata tentang bagaimana inisiatif lokal dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, kesehatan, dan lingkungan. Enzym Belimbing Wuluh adalah bukti nyata bahwa kearifan lokal dan dedikasi dapat menciptakan solusi yang bermanfaat dan berkelanjutan.
Komentar