Mengenal Badai Sitokin saat Covid-19, yang Diderita Dedy Corbuzier

kesehatan537 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, JAKARTA – Baru-baru selebriti Deddy Corbuzier mengaku telah mengalami badai sitokin saat terpapar Covid-19. Lantaran hal ini, ia pun sempat rehat dari media sosial dalam beberapa waktu terakhir.

Deddy menceritakan bahwa selama dua minggu setelah rehat dari media sosial, ia fokus untuk memulihkan kondisiyang mengalami ‘badai sitokin’ karena virus corona. Bahkan ia kritis dan hampir tidak selamat walaupun sudah negatif dari Covid-19.

“Saya sakit.. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucunya dengan keadaan sudah negatif. Yes it’s Covid,” katanya dilihat dari akun Instagram pribadi, Minggu (22/8/2021).
Lebih lanjut, ia mengaku tak mengalami gejala apapun,dan paru-parunya rusak 60% hanya dalam dua hari.
“Yes it’s a life and death situation. Hebatnya oksigen darah saya tidak turun bahkan diam di 97-99 karena pola hidup sehat saya selama ini hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yang parah,” papar ia.
Lantas, apa itu badai sitokin itu dan seberapa bahayanya sampai bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?

Baca Juga :  Bayi Lahir dengan Dua Kepala dan Satu Tubuh, Meninggal

Badai sitokin sendiri sebenarnya bukanlah nama penyakit. Badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.
Situs Alodokter menjelaskan bahwa badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita Covid-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila tanpa penanganan intensif, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.
Terjadinya badai ini karena kondisi respons imun tubuh yang berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi. Sitokin adalah protein yang mengkomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespons infeksi.

Baca Juga :  Bayi Lahir dengan Dua Kepala dan Satu Tubuh, Meninggal

Sejatinya, sistem kekebalan berfungsi untuk membantu penderita melawan infeksi. Namun, terkadang sistem imunitas ini memberikan respons yang tidak semestinya dan justru memperparah kondisi penyakit.
Menurut Carl Fichtenbaum, MD, profesor di divisi penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Cincinnati, bagian dari respons ini melibatkan pelepasan sitokin, yaitu bahan kimia biologis yang merangsang jalur sel dan memungkinkan komunikasi antar sel.
Secara medis, badai sitokin berarti jalur sel yang telah dihidupkan mengarah ke produksi sejumlah mediator biologis (yang merupakan sejenis pemancar sinyal) yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan mengganggu fungsi sel normal.
Ini artinya sejumlah besar sitokin yang dilepaskan menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan sehingga bisa berakibat fatal. Badai sitokin ini juga dinilai lebih mematikan daripada virus asli yang sedang bercokol di tubuh.

Baca Juga :  Bayi Lahir dengan Dua Kepala dan Satu Tubuh, Meninggal

Adapun pemicu badai sitokin dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis. Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain khususnya pada penderita Covid-19.
Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar pasien corona dengan badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator.
Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit. Tidak hanya itu, badai sitokin juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.

    Komentar