SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG -Lembaga Survei Patra Data menyebutkan Pemilihan Gubernur Sumatera Selatan (Pilgub Sumsel) Tahun 2024 memiliki persaingan ketat terhadap 2 Pasangan Calon (Paslon) yang telah memiliki kursi yang cukup untuk maju memperebutkan BG 1 dan 2.
Direktur Riset dan Pemenangan PatraData di Palembang, Hasmin, mengatakan meski sebelumnya banyak nama yang diisukan maju dalam Pilgub Sumsel. Faktanya sampai saat ini baru 3 Paslon yang telah mendapat dukungan Partai, Pertama ada Herman Deru dan Cik Ujang (HDCU). Kedua Mawardi Yahya – Anieta Noeringhati (Matahari) dan Ketiga ada Heri Amalindo dan Polo Ali (HAPAL).
“Namun dari ketiga Paslon itu, HDCU da Matahati menunjukan Progres dukungan dan rekomedi dari Partai – Partai Besar. Tentu Mantan Pasangan Herman Deru versus Mawardi Yahya pada perebutan menjadi orang nomor satu di Sumatera Selatan dipastikan akan berjalan keras dan seru,” katanya, Kamis (8/8/2024).
Herman Deru, mantan Bupati Ogan Komering Ulu Timur (2005-2015) tampaknya akan mendapat perlawanan sengit dari bekas wakilnya sendiri, Mawardi Yahya yang kini menjadi anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra. Pasangan Matahati diusung oleh Gerindra dan Golkar. Sedangkan Herman Deru-Cik Ujang, yang disingkat HDCU akan diusung Nasdem, PKS dan Demokrat.
Tentu menurutnya, ada peluang pada Paslon satu lagi (HAPAL) yang saat ini telah didukung oleh PKB dan PAN, sebab PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Hanura, dan PPP belum menentukan sikap akhir tentang siapa figur yang diusungnya.
“Jika hanya tiga pasang calon maka pertarungan perebutan suara di Pilgub Sumsel akan sangat sengit karena peta kekuatannya nyaris berimbang,” katanya.
PatraData Dashboard System (PDS), lembaga riset dan pendampingan politik dengan big data yang mengembangkan algoritma politik melakukan simulasi peta kekuatan politik di Sumatera Selatan memastikan pertarungan berjalan keras.
Metode kerja platform Patradata ini sendiri memotret pemetaan politik dengan menghitung dan mengidentifikasi pola dan kecenderungan pemilih berdasarkan hasil Pemilu selama sepuluh tahun terakhir, baik Pemilu Eksekutif (DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota) maupun pemilu legislatif.
Modal politik pasangan Mawardi Yahya – Anita Noeringhati (Matahati) sangatlah menjanjikan. Secara pencapaian politik, parpol pengusung pasangan ini tak bisa dianggap sepele. Dari 6.326.348 pemilih berdasarkan DPT 2024 yang memilih pada 25.985 TPS, Golkar menjadi partai berhasil meraih suara terbanyak dengan 749.720 suara dan berhasil menguasai 12 kursi (16%) di DPRD Provinsi. Disusul Gerindra (716.413 suara) atau 11 kursi (15%).
“Namun jika kemarin PAN ikut mendukung koalisi Matahati yang memperoleh suara 411.711 suara dan 6 kursi (8%), artinya itu menambah kekuatan koalisi Matahati menjadi 39 persen suara atau 29 kursi, namun nyatanya PAN membelokan dukungan kepada Paslon HAPAL,” ungkapnya.
Sedangkan, koalisi Nasdem, PKS, dan Demokrat yang mencalonkan Herman Deru-Cik Ujang memiliki modal politik 1.432.381 suara atau 33 persen suara. Dari dua koalisi terkuat ini, tak ada yang menguasai perolehan suara secara mayoritas di atas 50 persen. Sementara, partai-partai yang belum menentukan pilihan calon yang sekitar 27 persen akan sangat menentukan peta kekuatan kandidat. Praktis, dengan peta kekuatan seperti ini, pertarungannya akan sangat keras dan terbuka.
“Simulasi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada koalisi partai yang benar-benar dominan dalam modal politik yang bisa dikonversikan menjadi modal elektabilitas. Selisih antara satu koalisi dengan lain tidak terpaut jauh. Namun sejauh ini Paslon HDCU dan Matahati menjadi yang terkuat,” ungkapnya.
Namun terdapat satu hal yang tampaknya perlu dicermati pasangan Herman Deru – Cik Ujang bahwa koalisi pengusung Matahati adalah koalisi pemenang Pilpres. Dalam banyak analisis, situasi bagi pasangan kandidat yang berhadapan dengan koalisi pemenang Pilpres bisa menjadi rumit dan bahkan merugikan dengan mengaca pada Pilpres 2024 lalu.
“Praktis Pilkada di Sumatera Selatan akan berlangsung seru. Pemenang adalah mereka yang mampu menghitung secara detil peta dan modal politik sekaligus piawai merancang micro-targeting,” kata Hasmin.
Komentar