Kasus Kerbau Ngorok Ternyata Sejak 2023, 431 Kerbau Mati Mendadak

Kota Palembang174 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG -Kasus Kerbau mati secara mendadak Viral di sosial media beberapa waktu lalu, ternyata kasus ini telah terjadi pertamakali dipertengahan tahun 2023 di Kabupaten Musirawas Utara (Muratara).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Ruzuan Effendi Menjelaskan, kasus Kerbau Mati secara berurutan mulai dari Kabupaten Muratara dan saat ini banyak terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

“Kasus ini terjadi saat musim penghujan, seperti tahun lalu, pada Mei 2023 kasus Kerbau mati mendadak disaat musim penghujan, kembali terjadi tahu ini juga di musim hujan,” kata Ruzuan, Rabu (14/4/2023).

Ruzuan menjelaskan, kasus terakhir kerbau mati mendadak pada Sabtu (6/4) lalu di kabupaten OKI. “Ya terakhir Sabtu ada beberapa ekor sapi mati mendadak dan itu viral,” ujarnya.

Baca Juga :  Ini Kata Pemudik dan Bupati Ogan Ilir tentang SPKLU PLN

Sedangkan untuk kejadian pertama tahun 2024 terjadi pada Maret lalu, sejak saat itu ia telah menurunkan tim untuk meninjau langsung ke lokasi serta memberikan vaksin untuk kerbau – kerbau yang masih sehat.

“Petugas yang meninjau langsung memberikan vaksin ke kerbau yang sehat agar tidak menular,” jelasnya.

Iapun meminta agar para peternak rutin membersihkan kandang secara berkala agar terhindar dari Virus. “Kemudian hewan ternak juga diberikan asupan vitamin yang baik agar terhindar dari hal tak diinginkan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pj Wako Palembang Sidak Kedisiplinan Pegawai Hari Pertama Kerja

Sementara itu, saat ini di Kabupaten OKI sudah 431 Kerbau yang mati secara mendadak sejak tahun 2023. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya dari sampel pengujian laboratorium di Balai Veteriner Lampung menunjukkan gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE) menunjukkan jika gejala penyakit Septiceimia epizootica (SE) atau Negatif keracunan.

“Dugaan awal kita Kerbau mati karena keracunan, namun hasilnya negatif. Namun hasil uji Lab menunjukkan adanya gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE) atau penyakit Ngorok,” ungkapnya.

Dari Ratusan kerbau mati mendadak itu, pihaknya telah melakukan upaya mitigas serta upaya lainya seperti penguburan bangkai kerbau, disinfeksi massal pada kandang kerbau, pengobatan serentak, vaksinasi dan upaya surveilan.

Baca Juga :  Hari Pertama Masuk Kerja Pasca Lebaran, Pj Gubernur Sidak ke Sejumlah OPD

“Namun tak cukup upaya Vaksinasi saja, faktor kuat cepatnya penularan akibat lambatnya laporan adanya bangkai kerbau dan penanganan jadi salah satu penyakit itu tersebar luas,” jelasnya.

Deddy pun menghimbau agar para peternak untuk melakukan Vaksinasi kepada kerbau mereka. Namun Vaksinasi pertama belum memberika kekebalan tubuh pada kerbau. Oleh karena itu diperlukan juga Vaksinasi lanjutan.

“Kita berharap peternak mau memberikan Vaksin. Apalagi Vaksinasi itu disebutnya tak memiliki efek samping,” tutupnya.

    Komentar