SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Plt Kepala SMK Sjakhyakirti Palembang, Wahyudi, angkat bicara terkait dugaan pencabulan oleh pembina Ekstra Kulikuler (Ekskul) Pramuka terhadap korbannya siswinya berinisial A (17).
Ia membenarkan adanya peristiwa tersebut dan beberapa hari ini telah viral di media sosial maupun media massa.
“Kejadian ini tanpa sepengetahuan pihak sekolah Sjakhyakirti Palembang, namun di rumah terlapor,” kata Wahyudi, kepada awak media di sekolah, Kamis (16/5/2024).
Dia menyampaikan, bahwa untuk oknum terlapor sudah mengundurkan diri secara baik-baik di sekolah.
“Sebelum viralnya peristiwa ini, dia (terlapor) datang ke sekolah untuk mengundurkan diri dan istirahat pulang ke Kota Lampung tempat asalnya,” ujar Wahyudi.
Dia menjelaskan, sebelum terjadi ini oknum terlapor sudah mengajar di sekolah sekitar 3 tahun.
“Benar, dia (terlapor) sudah mengajar di sekolah sekitar 3 tahun. Sebelum kejadian dia sudah mengundurkan diri dari sekolah,” ungkap Wahyudi.
Dia mengimbau, kedepan pihak sekolah akan benar benar lebih teliti menerima pembina ekskul jangan sampai kejadian ini terulang kembali.
“Yang jelas peristiwa ini terjadi diluar sekolah dan saat ini kita tetap melakukan belajar mengajar seperti biasa,” jelas Wahyudi.
Diberitakan sebelumnya, M Djunai (25), warga Jalan Sultan Mansyur, Palembang, melaporkan pembina Pramuka atau guru Eskul berinisial MAT ke Polrestabes Palembang atas dugaan pencabulan terhadap adik perempuannya, A (17).
Peristiwa memilukan ini terjadi di sebuah kontrakan yang terletak di Jalan PDAM, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat (IB) I Palembang pada Januari 2024 sekitar pukul 15.00 WIB.
Ia pun menceritakan kronologi kejadian yang menimpa adiknya beberpa waktu lalu, Djunai menjelaskan bahwa korban saat itu sedang berada di salah satu SMK di Kota Palembang.
Lalu, korban diminta datang ke kontrakan untuk membantu mengambil barang. Setibanya di kontrakan, adiknya ditarik masuk oleh MAT dan mengalami pelecehan seksual.
“Setibanya disana adik saya langsung diperlakukan tidak senonoh,” katanya, Selasa (14/5/2024).
Sadisnya, pelecehan ini sering terjadi bahkan sudah terjadi hampir dua tahun. Tepatnya dari saat korban masih kelas 1 SMK hingga 2 SMK.
“Ini kejadian sudah sering, adik saya diperlakukan seperti itu sejak kelas 1 dan terakhir sampai Kelas 2 SMK” ujar M. Djunai, Selasa (14/5/2024).
Lanjutnya, korban baru berani menceritakannya setelah didesak oleh neneknya. Korban pun mengaku diancam oleh MAT agar tidak melapor kepada keluarga.
“Apabila adik saya melaporkan kepada keluarga serta pihak terkait lainnya, akan dimalukan semua dan akan membongkar semua serta yang lainnya. Intinya adik saya ketakutan pak selama ini dengan pengancaman terlapor,” jelas M. Djunai. (ANA)
Komentar