SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan menyebut sebanyak 169 titik panas terdeteksi di wilayah di Sumsel.
“Jumlah itu meningkat sebanyak 61 titik panas dibandingkan bulan Mei 2025,” ujar Kabid Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman, Jum’at (4/7/2025).
Sudirman mengatakan jumlah itu tersebar di beberapa wilayah di Sumsel seperti di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Musi Rawas Utara (Muratara), Musi Banyuasin (Muba), Muara Enim, Lahat, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
“Di Kabupaten Musi Rawas 42 titik panas, Musi Banyuasin 30 titik, Muara Enim 24 titik, Musi Rawas Utara 17 titik, dan Lahat 15 titik, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) 13 titik. Sedangkan untuk wilayah kota seperti Palembang, Lubuklinggau, dan Pagaralam masing-masing hanya tercatat satu titik,” katanya.
Ia menjelaskan kenaikan itu bertambah sejak seiring masuknya bulan kedua musim kemarau.
“Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada Juli hingga Agustus 2025, sehingga potensi peningkatan jumlah titik panas masih terbuka lebar,” jelasnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan, mengingat potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin tinggi mendekati puncak musim kemarau.
Secara historis, jumlah titik panas di Sumsel fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2024, BPBD Sumsel mencatat 4.661 hotspot, turun drastis dari 20.547 titik pada 2023.
Lalu, pada Tahun 2022 terpantau 2.364 titik, tahun 2021 itu 2.794 titik, tahun 2020 tercatat 4.536 titik, dan tahun 2019 itu 17.391 titik.
Komentar