Presidensi G20 Indonesia: Kesempatan Se-Generasi Sekali

Oleh : Hasbi Jusuma Leo*
*Analis Perbendaharaan Negara
Pada Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Selatan

1646670235764 foto hasbi 0.25 1

SIAPA yang masih ingat materi IPA kelas enam SD yang membahas komet Halley? Kalau masih ingat, Pembaca tentu ingat pula bahwa bintang berekor yang ditemukan Edmund Halley itu hanya muncul setiap 75 atau 76 tahun sekali. Artinya, manusia cuma mendapat kesempatan itu satu kali seumur hidup.

Momen kemunculan Komet Halley yang seumur hidup itu tidak jauh beda dengan kesempatan Indonesia sebagai Presidensi G20 yang hanya akan terjadi satu kali setiap generasi.

G20 tidak memiliki ketua tetap. Untuk mengisi posisi sebagai ketua, salah satu dari anggota G20 akan memegang fungsi Presidensi dengan masa satu tahun.

Jumlah anggota G20 sendiri kurang lebih dua puluh negara. Berasal negara-negara dari berbagai kelas pendapatan. Dari negera berkembang hingga negara maju. Antara lain Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Argentina, Brazil, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Rusia Afrika Selatan, Arab Saudi, Turki, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Indonesia, dan Uni Eropa.

Nah, bila satu negara memegang presidensi selama satu tahun secara bergiliran. Berarti kesempatan Indonesia sebagai Presidensi G20 periode berikutnya akan datang kurang lebih dua puluh tahun sekali. Atau kira-kira satu generasi sekali.

Tahun ini, giliran Indonesia menyandang kedudukan sebagai Presidensi G20. Indonesia memegang posisi ini sejak serah terima dari Italia pada 31 Oktober 2021 di Kota Roma, Italia. Meskipun secara resmi masa Presidensi G20 Indonesia ini baru dimulai tanggal 1 Desember 2021.

Presidensi G20 tahun 2022 ini merupakan kesempatan pertama bagi Indonesia sejak forum internasional tersebut berdiri pada tahun 1999. Bahkan, momen ini pun menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang pertama yang memegang Presidensi G20.

Karena Presidensi G20 Indonesia ini momen yang langka, seperti peristiwa kemunculan komet Halley tadi, maka kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Apalagi momen ini membawa manfaat bagi Indonesia.

Pertama, dari sisi ekonomi gelaran ini memberi keuntungan bagi Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan perhelatan G20 yang akan diselenggarakan di Bali ini akan menyumbang sekitar USD533 juta atau Rp7,4 triliun pada PDB Indonesia. Dan akan meningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.

Kedua, Indonesia dapat mencuri perhatian dunia. Layar kaca, media cetak, media elektronik dari seluruh dunia tentu memberitakan ajang internasional ini. Mungkin juga meliput sisi-sisi lain dari kegiatan inti pegelaran G20 itu sendiri. Tentu ini adalah media promosi gratis untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia.

Ketiga, melalui forum finance Track dan sherpa track dalam pertemuan internasional G20 ini Indonesia dapat memanfaatkanya mendukung pemulihan aktivitas perekonomian Indonesia.
Finance Track sendiri merupakan forum yang fokus membahas isu-isu kebijakan fiskal, moneter, investasi infrastruktur, regulasi keuangan, inklusi keuangan, dan pajak internasional.

Sedangkan Sherpa Track membahas pada bidang-bidang yang lebih luas seperti isu anti korupsi, ekonomi digital, lapangan kerja, pertanian, pendidikan, budaya, kesehatan, pembangunan, lingkungan, pariwisata, dan pemberdayaan perempuan. Baik forum finance track maupun sherpa track ini dapat dimanfaatkan menjadi forum untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia.

Melalui dua forum tadi, Indonesia dapat memasukkan usul kebijakan yang menguntungkan kepentingan dalam negeri. Itu manfaat tidak langsungnya.

Sedangkan manfaatnya secara langsung, pagelaran ini dapat menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Seperti perkiraan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang memproyeksikan adanya peningkatan sebanyak 1,8 juta sampai 3,6 juta kedatangan wisatawan mancanegara.

Wisatawan asing yang datang ke negeri kita ini akan menukar mata uang negara asalnya seperti dolar, euro, yen, dan lain-lain ke rupiah. Aktivitas ini menyumbang devisa kepada negara.
Wisatawan-wisatawan itu tentu juga akan berbelanja. Misalnya produk-produk kuliner, fesyen dan kerajinan tangan. Ini merupakan tenaga tambahan yang akan menggerakkan perekonomian kita. Efeknya akan menyentuh juga investasi pada UMKM. Itu karena 80 persen investor global berasal dari negara-negara anggota G20. Membuka 600 ribu sampai 700 ribu lapangan kerja baru.

Memang momen Presidensi G20 Indonesia ini seperti Komet Halley yang tidak akan kembali dalam sekali umur hidup manusia. Tapi itu tidak berarti kesempatan seperti ini tidak terulang lagi. Masih ada komet-komet lain atau fenomena-fenomena luar biasa lain untuk kita nikmati. Indonesia masih dapat bersinar dalam event-event kelas dunia lainnya.

Makanya, saat ini kesempatan ini jangan kita sia-siakan. Ayo kita dukung Presidensi G20 Indonesia, recover together, recover stronger. (*)

    Komentar