Pengemis Berbalut Kostum Badut Simbol Kemiskinan di Kota Palembang

Kota Palembang831 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Saat ini pengemis dengan cara menggunakan kostum ala badut semakin banyak. Pengemis ini dapat ditemukan hampir disetiap perempatan rambu lalu lintas yang ada di Kota Palembang.

Mirisnya lagi, bukan hanya orang dewasa saja yang mengemis dengan cara menggunakan pakaian badut, tetapi ada juga anak kecil yang menggunakan kostum itu untuk mencari uang di jalanan.

Menanggapi hal itu, Pengamat Sosial sekaligus Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Abdullah Idi mengungkapkan, penyebab semakin maraknya badut jalanan saat ini karena faktor ekonomi yang semakin sulit.

“Pada intinya mereka ini merupakan orang-orang yang tidak beruntung dalam segi ekonomi, serta mereka membutuhkan bantuan,” ungkapnya, Jumat (25/2/2022).

Baca Juga :  BSN Bersama Pemprov Sumsel Luncurkan BMN 2022

Menurut Abdullah, agar hal ini tidak semakin berlarut, peran dari Pemerintah, khususnya Dinas Sosial, sangatlah penting dalam mengatasi masalah badut jalanan yang semakin marak di Ibukota Sumatera Selatan (Sumsel).

“Karena mereka ini sebagian besar masih usia produktif. Oleh sebab itu haruslah ada peran dari pemerintah agar badut jalanan yang meminta-minta di lampu merah tidak berlarut-larut,” jelasnya.

Selain pengemis berbalut kostum balut, tak sedikit pula keberadaan manusia silver (pengemis yang mengecat seluruh tubuhnya menjadi warna silver) di perempatan rambu lalu lintas.

Baca Juga :  Ratu Dewa Didaulat Dewan Penasehat Pejakep

Abdullah menilai, maraknya manusia silver, pengemis yang berpakaian seperti badut adalah salah satu bentuk kemiskinan di kota.

“Kalau dulu ditampung di Dinas Sosial, bahkan ada yang di sekolahkan atau diberi keterampilan, langkah-langkah seperti itulah yang harus diterapkan oleh pemerintah,” ungkapnya.

Dia menyebut, dampak secara umum, jika hal ini terus berlangsung dan tidak ada penegasan, maka akan melemahkan generasi anak muda untuk di hari yang mendatang.

Sedangkan dampak secara khusus, kasus ini akan sangat banyak berdampak pada sosial, seperti menghambat perjalanan di lampu merah dan mereka juga berdampak dari penyebaran virus COVID-19 karena mereka tidak patuh terhadap protokol kesehatan.

Baca Juga :  Pemerintah Rencanakan Pembuatan ID Card E - Money untuk ASN 

Tidak hanya itu, maraknya badut jalanan di lampu merah juga membahayakan pengendara dan badut itu sendiri. “Intinya, dari dampak sosial sangat banyak,” jelasnya.

Abdullah menjelaskan, karena dorongan tuntutan hidup itulah, aspek-aspek etika sosial mereka abaikan. Karena itu, peran pemerintah sangatlah penting untuk menangani masalah badut jalanan yang semakin marak.

“Apalagi kalau mereka masih usia pelajar, harus diberikan pendidikan. Kalau orangtua bisa ditampung oleh pemerintah sesuai dengan amanat undang-undang,” tuturnya. (ANA)

    Komentar