SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memulai uji coba kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 sekolah, terdiri dari 17 SMA dan 17 SMK di wilayah tersebut. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Sumsel untuk mendukung ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim.
Peluncuran uji coba kurikulum Mulok Pangan Lokal ini ditandai dengan acara Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pengukuhan guru pelopor yang dihadiri oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan, H. Awalluddin, M.Si. Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah untuk menerapkan kurikulum yang akan dilaksanakan selama semester genap, dari Februari hingga Mei 2025.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya dampak perubahan iklim yang dirasakan masyarakat Sumsel, seperti bencana hidrometeorologi dan kebakaran hutan. Dalam menghadapi masalah ini, pangan lokal dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengingat potensinya yang melimpah di wilayah Sumatera Selatan.
“Edukasi tentang pangan lokal kepada siswa di sekolah sangat penting, mengingat tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Dengan kurikulum ini, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal sebagai upaya menjaga ketahanan pangan daerah,” ujar Awalluddin, dibincangi, Rabu (22/1/2025).
Dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata, ia mengatakan jika salah satu langkah penting yang perlu diambil adalah menyiapkan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Salah satu upaya yang kini mulai digalakkan adalah implementasi kurikulum pangan lokal di sekolah-sekolah.
“Kurikulum ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak tentang potensi sumber pangan yang ada di sekitar mereka, dengan fokus pada bahan pangan lokal yang mudah dijangkau dan dapat diandalkan, terutama saat menghadapi krisis pangan,” ungkapnya.
Pengembangan kurikulum Mulok Pangan Lokal ini merupakan hasil kerja sama antara Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan ICRAF Indonesia dalam proyek Land4Lives, yang didukung oleh pemerintah Kanada. Proyek ini bertujuan membantu masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dengan fokus pada peningkatan ketahanan pangan melalui pangan lokal.
Sementara itu, Andre, Ekadinata selaku Direktur Utama ICRAF, menjelaskan bahwa perbedaan mendasar antara kurikulum pangan lokal ini dengan kurikulum sebelumnya terletak pada relevansinya dengan kondisi setiap daerah.
“Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa pangan lokal itu beragam, bukan hanya beras dan nasi. Dengan demikian, mereka akan lebih siap menghadapi kemungkinan krisis pangan di masa depan,” ujar Andre
Meskipun potensi pangan lokal ini menjanjikan, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kapasitas para guru. Menyamaratakan pemahaman tentang pangan lokal dan cara mengajarkannya menjadi pekerjaan besar. “Kami perlu memastikan bahwa para guru memiliki pemahaman yang sama tentang konsep pangan lokal dan cara mengajarkannya dengan tepat kepada siswa,” tambah Andre.
Implementasi kurikulum ini diharapkan tidak hanya memberi pengetahuan kepada anak-anak, tetapi juga memberikan keterampilan praktis dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber pangan yang ada di sekitar mereka. Sehingga, generasi mendatang bisa lebih mandiri dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang kian kompleks.
Sebelumnya, tim pengembang kurikulum telah menyusun bahan ajar dan modul yang akan diterapkan di sekolah-sekolah uji coba. Pada tahap ini, tim akan terus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum untuk memastikan efektivitasnya sebelum disahkan untuk implementasi lebih luas.
Dengan adanya Bimtek ini, diharapkan kepala sekolah dan guru di Sumsel memiliki kapasitas yang cukup untuk mengajarkan kurikulum Mulok Pangan Lokal dengan efektif. Ini menjadi langkah penting dalam mengintegrasikan konsep ketahanan pangan ke dalam pendidikan formal, yang diharapkan dapat melahirkan generasi yang lebih paham dan peduli terhadap pentingnya pangan lokal dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Inisiatif ini tidak hanya akan memberi manfaat jangka pendek, tetapi juga membangun ketahanan jangka panjang bagi masyarakat Sumatera Selatan dalam menghadapi ketidakpastian iklim yang semakin meningkat.
Komentar