SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Sebuah pelatihan pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan dilaksanakan di Sumatera Selatan (Sumsel) menggunakan alat bantu berupa permainan papan H2Ours. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi lahan gambut dan kelestarian ekosistemnya.
Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 22 hingga 28 Januari 2025 di Palembang, KPH Lalan Mendis, dan KHG Saleh Sugihan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Sumatera Selatan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuasin, DLH Musi Banyuasin, serta perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), akademisi, dan masyarakat desa. Kegiatan ini adalah bagian dari inisiatif Land4Lives, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan iklim dan mendorong pengelolaan lahan berkelanjutan.
H2Ours dirancang untuk menggambarkan siklus hidrologi lahan gambut secara sederhana. Dalam permainan ini, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan tantangan untuk mengelola lahan gambut sambil mempertimbangkan dua sumber daya utama: uang dan air. Setiap keputusan yang diambil oleh pemain dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan lingkungan, seperti risiko kebakaran lahan dan banjir.
Menurut Ni’matul Khasanah, peneliti dari ICRAF Indonesia, permainan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak perubahan fungsi ekosistem gambut akibat konversi lahan dan pembangunan kanal. “Permainan ini membantu masyarakat memahami bahwa keputusan yang dibuat oleh satu pihak dapat mempengaruhi pihak lain dalam pengelolaan ekosistem gambut,” ujarnya usai memberikan Pelatihan, Santika Hotel, Rabu (23/1/2025).
Sumsel dipilih sebagai lokasi pelatihan karena merupakan salah satu provinsi dengan lahan gambut terluas di Indonesia. Namun, luas lahan gambut di daerah ini terus berkurang akibat kebakaran, deforestasi, dan alih fungsi lahan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2017, lahan gambut di Sumsel mencapai 2,1 juta hektar, namun turun menjadi 1,7 juta hektar pada 2024.
“Walaupun secara teknis ada yang menang dan yang kalah dalam permainan ini – namanya juga permainan – H2Ours sebenarnya ingin mendorong pemain untuk berpikir tentang lahan gambut sebagai suatu lanskap atau bentang alam, di mana keputusan yang dibuat oleh satu pihak berdampak pada pihak lain,” kata Ni’ma.
Pelatihan ini merupakan bagian dari proyek Land4Lives yang disokong oleh pemerintah Kanada dan dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia, dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan dan penghidupan masyarakat, terutama perempuan, di tengah tantangan perubahan iklim.
Sementara itu, Kabid Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Banyuasin, Martini Yulia, menyampaikan jika Kabupaten Banyuasin bersama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya tengah menyusun dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG). Proses penyusunan ini termasuk dalam rangkaian pertemuan yang melibatkan berbagai pihak terkait.
“Pelatihan ini sangat membantu kami untuk lebih memahami langkah kebijakan yang dapat meningkatkan fungsi ekosistem gambut ke depannya,” ujar Martini.
Kabupaten Banyuasin, yang memiliki ekosistem gambut dengan dua fungsi utama, yaitu fungsi lindung dan budidaya, menghadapi tantangan besar terkait pemanfaatan lahan. Banyak kegiatan budidaya, khususnya di wilayah yang seharusnya berfungsi sebagai lindung, sudah banyak dilakukan.
“Oleh karena itu, pelatihan ini dianggap penting untuk memastikan dokumen RPPEG yang disusun dapat berjalan sesuai tujuan, dengan memperhatikan pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Upaya peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem gambut adalah bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives. Kegiatan ini disokong oleh pemerintah Kanada dan dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia di bawah arahan Bappenas dan KLHK. Dalam pelaksanaannya, ICRAF Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah di tiga provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Komentar