Harga Pupuk Tetap Mahal, Disinyalir Jadi Lahan Bisnis Oknum Koptan

Lahat66 Dilihat

Suarapublik.id, Lahat – Mahalnya harga jual pupuk urea dan buah yang diperuntukkan bagi petani padi, membuat mereka sedikit kewalahan dan disinyalir menjadi lahan bisnis mencari keuntungan pribadi oleh oknum kelompok tani (Koptan) yang ada di Kecamatan Lahat Selatan, Kabupaten Lahat.

 

Makcik salah satu petani asal Lahat Selatan mengemukakan, dirinya setiap kali musim tanam membutuhkan pupuk urea dan buah mencapai 75 kilogram (Kg). Hanya saja, kebutuhan tersebut tidak diimbangi dengan harga jual yang tinggi.

 

“Betul, untuk pupuk urea dibutuhkan 50 Kg dihargai Rp 150.000 perkarung, sedangkan untuk perangsang buah kisaran 25 Kg dengan harga Rp 160.000, jadi total pengeluaran sebesar Rp 460.000,” jelasnya, Rabu (28/9).

Baca Juga :  Adu Kambing di Jalan Lintas Lahat-Manna, Seorang Pelajar Tewas

 

Jelas, sambung dia, berbanding terbalik dengan harga jual yang ada di desa tetangga, dengan harga jual Rp 130.000 untuk jenis urea, sedangkan pupuk khusus buah besarannya Rp 140.000.

 

“Tentunya, ini sudah menjadi lahan bisnis oknum ketua kelompok tani (Koptan), untuk mencari keuntungan pribadi tanpa memikirkan petani,” urai Makcik.

 

Tentunya, masih kata Makcik, ini sangat memberatkan petani yang mesti merogoh dalam kantong. Dan tentunya kepada instansi terkait untuk turun dan menegur ketua koptan tersebut.

Baca Juga :  172 Tamtama PK 2022 Resmi Jadi Prajurit TNI AD

 

“Selain pupuk, racun hama pun harus dibeli yang mana harga pasaran cukup tinggi diangka Rp 80.000 hingga Rp 90.000 perbotolnya,” bebernya.

 

Terpisah, Santoso petani lainnya menuturkan, dirinya juga begitu terpukul sekali. Dengan harga pupuk dan racun yang cukup tinggi.

 

“Akan tetapi, mau tidak mau, suka tidak suka, kebutuhan tersebut wajib dibeli, jika tidak, padi akan mati diserang hama dan tentunya tidak tumbuh dengan baik,” terangnya.

 

Dirinya meminta, kepada instansi terkait untuk dapat membantu menekan tingginya harga jual pupuk dan racun hama, sehingga petani bisa terbantu bercocok tanam apabila ditingkat pasar tidak terlampau tinggi.

Baca Juga :  Bibit Sawit Unggul, Produktifitas Hasil TBS Tinggi

 

“Oleh karena itulah, kami terus berupaya dan berharap kepada instansi pemerintah, turun dan mengecek sendiri harga jualnya, sebab, apabila lama kelamaan bisa-bisa kami sebagai petani tidak sanggup lagi bercocok tanam,” tegas Santoso.

    Komentar