Geliat Warga Desa Sugih Waras Raup Cuan Bersama

Kota Palembang14 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Teduhnya suasana kampung begitu terasa di Desa Sugih Waras, Kelurahan Talang Jambe, Kecamatan Sukarami, Palembang, pagi itu. Tak terdengar riuh kendaraan yang lalu lalang, hanya terlihat berbagai aktivitas warga di beberapa pekarangan rumah.

Memasuki pintu gerbang, nampak sepanjang jalan setapak desa itu dipenuhi dengan deretan pot berisi tanaman rempah. Pagar kayu maupun besi warga pun ditumbuhi dengan ragam tanaman, di antaranya bunga telang, jahe, jeruk nipis.

Kesibukan begitu menonjol terlihat di rumah Ketua RT 02 RW 02 yang menjadi lokasi berkumpulnya Kelompok UMKM Sutra (Sugih Waras Sejahtera). Ada beberapa wanita yang sibuk memetik bunga telang, dan ada juga yang mengeringkan bunga itu di oven. Sementara yang lain, meracik bunga telang menjadi minuman segar.

“Minuman bunga telang kita ini paling best seller, banyak pesanannya. Karena itulah minuman bunga telang ini sebagai identitas kami di Sugih Waras ini,” kata Yulia Pangestu, salah satu kelompok UMKM Sutra.

Produk pangan dengan berbahan dasar bunga telang yang merupakan hasil produksi UMKM Sutra.
Produk pangan dengan berbahan dasar bunga telang yang merupakan hasil produksi UMKM Sutra.

Ia menyebut, minuman bunga telang yang diproduksi sejak beberapa tahun lalu sudah banyak disuplai ke berbagai tempat, tidak hanya di Palembang saja melainkan hingga ke luar kota. Bahkan pelanggannya sudah menyebar luas di Palembang.

Dilansir laman kemkes.id, bunga telang merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Di antaranya, baik untuk kesehatan otak, membantu memperbaiki mood atau suasana hati, mencegah kerontokan rambut dan merangsang pertumbuhan rambut, mengurangi peradangan atau anti-inflamasi yang dapat mengurangi infeksi serta pembengkakan.

Bunga telang juga dapat membantu melindungi sel serta mengurangi stres oksidatif yang dapat mengakibatkan penuaan dini serta penyakit kronis lainnya.

Selain minuman segar, UMKM Sutra juga menyediakan bunga telang kering siap seduh yang dikemas sederhana dalam bentuk teh celup. Tak sekedar minuman, bunga telang yang menjadi tanaman utama yang dibudidayakan warga setempat juga dimanfaatkan untuk produk pangan variatif.

Adapun produknya mulai dari mie ayam bunga telang, pempek bunga telang, cookies bunga telang, donat bunga telang, risol bunga telang, brownies bunga telang, keripik bunga telang, peyek bunga telang, dan mie ayam daun kelor.

“Harganya bervariasi. Kami buat produk-produk ini bersama ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok ini,” kata dia.

Dari hasil penjualan produk tersebutlah, setiap anggota kelompok akan mendapatkan bagi hasil. Namun tentunya, kata dia, sudah diperhitungkan lebih dulu dengan modal. Misalnya, dalam satu bulan penghasilan yang didapat sekitar Rp 10 juta, maka akan dibagi rata ke setiap anggota kelompok secara adil, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan modal belanja.

Dari bagi hasil inilah, lanjut Yulia, anggota kelompok yang semuanya adalah ibu rumah tangga bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarganya masing-masing. Yulia menuturkan sejak terbentuk pada 2021 lalu, UMKM Sutra memiliki 10 anggota aktif yang semuanya adalah warga di RT tersebut.

Proses pemetikan bunga telang yang akan menjadi bahan dasar pembuatan produk pangan di Desa Sugih Waras.
Proses pemetikan bunga telang yang akan menjadi bahan dasar pembuatan produk pangan di Desa Sugih Waras.

“Fokus kami adalah menjadikan warga di sini produktif, mendapatkan penghasilan untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, kami memang ingin ada identitas agar desa kami ini makin dikenal luas,” kata dia.

Identitas yang dimaksudnya adalah karena desa tersebut berada di daerah pinggiran, jauh dari kota. Selain itu juga merupakan daerah perbatasan antara Palembang dan Banyuasin.

“Tanpa identitas ini, desa kami tidak akan dikenal orang. Tapi kalau sekarang, banyak yang tau kalau produk makanan dan minuman berbahan dasar bunga telang adalah dari Sugih Waras, sehingga pelanggan yang ingin hidup sehat, pasti datang ke sini,” kata dia.

Ketua RT 02 RW 02 Desa Sugih Waras, Muniruddin menjelaskan, UMKM Sutra memang saat ini sudah sangat produktif dan maju, karena produk-produk makanan olah menggunakan bahan-bahan alami berkhasiat digemari masyarakat luas.

“Tapi tidak hanya produk olahan saja, semua warga di sini juga sudah memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya untuk budidaya tanaman-tanaman berkhasiat tersebut. Ada banyak jenis tanaman di sini, dan semuanya adalah tanaman obat dan tanaman yang digunakan sehari-hari untuk produk pangan dan kesehatan,” jelasnya.

Greenhouse yang dibangun di Desa Sugih Waras, berisi tanaman herbal berkhasiat.
Greenhouse yang dibangun di Desa Sugih Waras, berisi tanaman herbal berkhasiat.

Bahkan di desa itu juga dibangun greenhouse tanaman bahan baku produk kelompok UMKM Sutra. Di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman herbal alami.

Sebagai penyokong penghasilan rumah tangga, kata Munir, setiap rumah juga memiliki budidaya madu kelulut yang ditangkar secara alami. Madu ini cukup besar peminatnya. Meski madu yang dihasilkan masih terbilang kecil, namun hasil jualnya sudah cukup tinggi bagi warga setempat.

“Kita memang belum memproduksi madu secara besar-besaran karena penangkarannya masih alami dan sederhana. Namun jika panen, warga mengumpulkan hasil panen madunya ke sini, dan barulah kami kemas dan kami jual,” kata dia.

“Satu kilogramnya, bisa dijual dengan Rp 500.000. Jika hasil panennya agak melimpah, maka warga akan mendapatkan bagi hasil yang melimpah juga,” kata dia.

Selain mengutamakan kuantitas dan kualitas produksi, warga di Desa Sugih Waras juga terus berusaha untuk meningkatnya nilai jualnya melalui pengemasan dan pemasaran. Munir menjelaskan, UMKM ini tidak hanya menerima pemesanan offline, namun juga aktif menawarkan produk-produknya di media sosial dan market place.

“Penjualan produk di sini dengan offline dan online. Karang Taruna di sini membantu ibu-ibu UMKM untuk mengoperasionalkan layanan online-nya. Biasanya sering ada pesanan dalam jumlah partai besar, dan semuanya pun saling bantu membantu memenuhi pesanan pelanggan,” jelasnya.

Petani muda milenial di Desa Sugih Waras sedang menebar pakan untuk ikan air tawar.
Petani muda milenial di Desa Sugih Waras sedang menebar pakan untuk ikan air tawar.

Munir menuturkan, di Desa Sugih Waras juga ada pengembangan budidaya ikan tawar yang dibangun dari lahan bekas galian C. Bermula dari adanya beberapa insiden kasus warga setempat yang tewas tenggelam di lahan bekas galian tersebut, sehingga warga berinisiatif untuk membangun tempat tersebut menjadi area yang lebih bermanfaat.

“Di sini sejak dulu adalah lokasi galian C yang terbengkalai. Setelah tanahnya dikeruk untuk pembuatan batu bata, menjadi lebak besar berisi air. Kedalamannya hingga 5 meter. Sudah ada beberapa insiden di sini, di antaranya anak-anak yang berenang tewas tenggelam, dan ada warga setempat juga menjadi korban,” kata dia.

Bahkan di area itu juga menjadi sarang hewan melata yang mengkhawatirkan warga sekitar. Saking horornya tempat tersebut, warga pun menggandeng perusahaan agar membantu mengubah eks galian C ini menjadi lokasi yang bermanfaat. Salah satunya dengan membangun budidaya ikan air tawar dan aneka sayur mayur.

Sejak 2021, lokasi eks galian C itu pun berubah. Lahan setengah hektar itu pun disulap menjadi kolam budidaya ikan air tawar dan sebagian lagi untuk lokasi tanaman sayur mayur.

Munir menerangkan, kini sudah ada 13 keramba ikan, di mana 4 keramba khusus budidaya ikan patin dan selebihnya untuk ikan lele. Dalam satu kolamnya ada 2.000-4.000 bibit ikan yang disebar.

“Sejak adanya kolam budidaya ini, kami pun langsung panen, dan hingga kini Alhamdulillah terus kontinyue. Jika UMKM Sutra dikelola ibu rumah tangga, kalau di budidaya ikan dan sayur ini dikelola anak-anak muda yang tergabung dalam petani milenial Desa Sugih Waras,” kata dia.

Ia menyebut, masa panen ikan lele hanya membutuhkan 2-3 bulan sementara ikan patin berkisar 7-8 bulan. Dalam satu kali panennya, warga setempat bisa meraup cuan yang fantastis. Petani milenial yang didominasi pelajar dan anak-anak putus sekolah pun mendapatkan penghasilan dari sana.

“Jadi sistemnya sama, bagi hasil. Mereka (petani milenial) mendapatkan penghasilan dari panen ikan ataupun sayur di sini. Penghasilan itu mereka pakai untuk membantu biaya sekolah dan lainnya,” jelasnya.

Munir menerangkan ada belasan orang petani milenial yang membantu mengelola budidaya ikan dan sayur di sana. Mereka memiliki tugasnya masing-masing setiap harinya.

“Biasanya dalam satu kali panen, kita bisa menghasilkan 2 pikul ikan lele atau setara 200 kilogram. Harga jualnya sekitar Rp 20.000 per kilogram. Pelanggan kita sudah banyak, rata-rata pedagang pecel lele pinggir jalan dan pedagang pasar,” rincinya.

Selain kolam ikan, mereka juga memiliki fasilitas penangkaran bibit ikan sendiri sehingga bisa menekan biaya modal usaha tersebut.

“Kami berkeinginan mengubah tempat ini menjadi kolam dan area tanam sayur untuk menekan insiden yang tak diinginkan seperti tahun-tahun sebelumnya, dan kami juga bisa memanfaatkan lokasi ini untuk menambah penghasilan warga setempat,” ucapnya.

Lokasi tempat pemijahan bibit ikan air tawar, lele dan patin di Desa Sugih Waras.
Lokasi tempat pemijahan bibit ikan air tawar, lele dan patin di Desa Sugih Waras.

Salah satu petani milenial, Tugiman mengatakan ia masih duduk di kelas 2 SMA. Sejak 2022 bergabung mengelola budidaya ikan dan membantu menanam sayur di sana. Sepulang sekolah dan saat hari libur, ia selalu datang ke lokasi tersebut.

“Tidak ganggu jam sekolah. Di sini itu bukan hanya dengan harapan mendapat penghasilan saja, tapi memang di sini benar-benar belajar dunia perikanan dan pertanian. Cita-cita saya menjadi pengusaha nantinya, jadi ini adalah media belajar saya sejak dini,” ucapnya.

Penghasilan yang didapat Tugiman dari menjadi petani milenial di sana digunakan untuk membeli sepatu sekolah dan uang jajan. “Saya gak pernah minta duit ke orang tua, duit jajan dan keperluan sekolah ya berasal dari sini,” ucapnya.

Dukungan Pemerintah dan Pertamina

Lurah Talang Jambe, Asra Hudin mengatakan Desa Sugih Waras ini merupakan daerah perbatasan antara Palembang dan Banyuasin dan berada dekat dengan Bandara SMB II Palembang, sehingga memang dulu kurang akrab di telinga masyarakat. Namun dengan adanya upaya mengembangkan UMKM, pertanian dan perikanan membuat desa ini menjadi wilayah yang mandiri dan akhirnya dikenal luas.

“Di wilayah ini sebagian besar masyarakatnya adalah buruh, jadi mau tidak mau mereka harus bisa bertransformasi untuk mengembangkan potensi daerahnya agar bisa menghasilkan pendapatan lebih. Salah satunya dengan mengembangkan produk UMKM, pertanian dan perikanan,” jelasnya.

Pihaknya pun sudah menjalin kerjasama dengan Pertamina untuk bisa membantu dan mendampingi warga di Sugih Waras dalam mengembangkan kemampuan daerahnya. Ia menyebut sudah banyak bantuan yang dikucurkan Pertamina di sini sebagai upaya meningkatkan perekonomian warga setempat.

“Di sini sudah ada UMKM Sutra, pemuda tani milenial, greenhouse hingga pembuatan conblock dari plastik,” jelasnya.

Lokasi budidaya ikan air tawar di Desa Sugih Waras yang sebelumnya merupakan eks tambang galian C batu bata.
Lokasi budidaya ikan air tawar di Desa Sugih Waras yang sebelumnya merupakan eks tambang galian C batu bata.

Sementara itu, Supervisor Receiving, Storage and Distribution Pertamina Patra Niaga, Aviation Fuel Terminal SMB II, Rachma Jati Megantoro menyebut, pihaknya memilih Desa Sugih Waras sebagai lokasi pemberdayaan masyarakat karena wilayah ini merupakan area ring 1 AFT SMB II.

“Di sini potensinya banyak. Ibu-ibu yang kreatif mengolah tanaman berkhasiat menjadi produk pangan, adanya lebak yang bisa disulap menjadi lokasi budidaya ikan, dan sebagainya. Kami sudah survei di sini sejak beberapa tahun lalu dan memang cocok untuk menjadi lokasi program TJSL kita,” jelasnya.

Usai berkomitmen dalam memberdayakan masyarakat di sini, pihaknya pun mengucurkan anggaran khusus untuk program tersebut. Jati menyebut jumlahnya mencapai Rp 925 juta selama 4 tahun ini. Namun dalam praktiknya, Pertamina bukan menggelontorkan uang kepada masyarakat desa tersebut, melainkan berupa sarana, prasarana, hingga pelatihan dan advokasi mengenai program pemberdayaan yang bisa dikembangkan warga di sana.

“Di Desa Sugih Waras ini ada 3 program yang kita canangkan, kami menyebutnya 3 Lentera Talang, Yakni Lentera Mandiri, Lentera Hijau dan Lentera Berdikari,” kata dia.

Adapun pelaksanaannya, memanfaatkan eks tambang galian C menjadi budidaya perikanan, menyulap limbah plastik menjadi conblock, dan memanfaatkan area terpadu anak-anak.

“Selain memberdayakan warga, kami menyediakan akses bermain anak-anak. Di sini kami memfasilitasi arena bermain dan taman membaca. Selama ini di sini tidak ada tempat anak-anak bermain, karena itu pernah ada insiden di lebak bekas tambang itu. Kami ingin menekan adanya insiden yang sama di sini,” jelasnya.

Targetnya, kata Jati, Pertamina ingin bersinergi dengan masyarakat di Desa Sugih Waras dengan memberikan pemberdayaan dan solusi inovatif demi menghadapi tantangan perubahan iklim yang berkelanjutan.

“Harapan kami dengan adanya program ini, maka masyarakat bisa memperbaiki roda perekonomiannya, dan memberikan dampak positif yang signifikan demi masa depan yang lebih baik bagi masyarakat di Desa Sugih Waras ini,” tandasnya.

    Komentar