China Diminta Menkeu AS Ringankan Utang Sri Lanka

SUARAPUBLIK.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mendesak China untuk membantu meringankan utang Sri Lanka yang tengah mengalami krisis dan bangkrut.

“China merupakan kreditur penting Sri Lanka. Sri Lanka jelas tidak mampu membayar utang. Saya berharap China bersedia bekerja sama dengan Sri Lanka untuk merestrukturisasi utang yang kemungkinan bergantung pada kepentingan China dan Sri Lanka,” ujar Yellen dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, yang dipantau secara virtual, Kamis (14/7) dilansir cnn indonesia.

Secara umum, ia ingin China meningkatkan perannya dalam merestrukturisasi utang negara miskin yang bisa dilakukan di bawah kerangka yang wajar. “Kita belum melihat banyak kemajuan,” ujarnya.

Baca Juga :  Kajati Sumsel Bentuk Balai Rehabilitasi Napza Adhyaksa

Karenanya, dalam pertemuan ketiga Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) di Bali pada 15-16 Juli 2022, ia akan mendesak mitra negara G20 untuk menekan China agar lebih kooperatif dalam merestrukturisasi utang negara yang tidak bisa dibayar.

Sri Lanka sendiri tengah menghadapi krisis ekonomi dan politik. Warganya kesulitan mendapatkan pangan hingga komoditas energi. Kas negara defisit dan terbebani oleh tumpukan utang.

China disebut sebagai negara pemberi pinjaman terbesar ke Sri Lanka dengan total nilai US$ 8 miliar atau setara Rp118,4 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS). Jumlah ini seperenam dari total utang luar negeri Sri Lanka sebesar US$45 miliar pada April 2022.

Baca Juga :  Kajati Sumsel Bentuk Balai Rehabilitasi Napza Adhyaksa

Melansir Times of India, tahun ini saja, Sri Lanka utang US$1 miliar hingga US$2 miliar ke Negeri Tirai Bambu.

Pemerintah Sri Lanka banyak meminjam dari Beijing sejak 2005 untuk sejumlah proyek infrastruktur, termasuk pelabuhan Hambantota. Namun, proyek infrastruktur tersebut dianggap tak memberi manfaat. (*)

    Komentar