Waspada 50 % Kandungan SKM Adalah Gula, Bisa Picu Stunting pada Anak jika Salah Konsumsi 

Kota Palembang44 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Susu Kental Manis (SKM) banyak dimanfaatkan sebagai penambah rasa dalam makanan hingga cocolan untuk cemilan. Tapi di Indonesia SKM juga digunakan sebagai pengganti Susu bubuk hingga ASI.

Padahal kandungan Gula didalam SKM sangat tinggi dan itu membahayakan Balita hingga bisa menyebabkan Stunting. Yayasan Abhipraya Cendekia Indonesia (YAICI) bahkan menyebut SKM salah satu penyumbang tertinggi kasus stunting di Indonesia termasuk di Sumatera Selatan.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, timnya telah melakukan riset di kota Palembang dan Daerah lainnya di Provinsi Sumsel. Alhasil, masih banyak keluarga yang beranggapan jika SKM adalah Susu. Bahkan 3 dari 5 keluarga yang di Survei di Kota Palembang terkena Stunting. Ternyata penyebabnya berawal dari pemberian SKM kepada anak mereka.

“Persepsi ini telah tertanam sejak Satu Abad lalu, SKM sama dengan susu, dan ini yang mesti kita ubah,” kata Hidayat, Jumat (30/8/2024).

Baca Juga :  Sempat Insomnia, Rizky Aprilia Mengaku Fit Jalani Tes Kesehatan 

Lanjut Hidayat, Konsumsi yang berlebih terhadap SKM inilah bisa menyebabkan Stunting. Apalagi SKM sampai diberikan untuk Bayi dibawah usia 6 Bulan yang seharusnya masih wajib diberikan ASI Eksklusif.

“Jadi stunting itu salah satu penyebabnya merupakan apa yang dikonsumsi ibu dan anak, kami ingin mensosialisasikan arti penting menjaga gizi anak dan pencegahan stunting,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan batas usia anak menurut indikator statistik yakni 5 tahun, sedangkan yang otaknya dapat diselamatkan dari stunting yakni usia 2 tahun. Dalam hal ini, YAICI menggandeng Majelis Kesehatan PP Muslimat NU menggelar edukasi mengenai stunting, gizi buruk dan berbagai persoalan terkait lainnya.

“Edukasi terkait gizi selalu dilakukan melalui kader sosialisasi, konseling ASI, imunisasi, dan hal bersangkutan lainnya itu selalu diberikan kepada masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga :  Januari Hingga Juli 142,5 Ton Teh Sumsel di Ekspor Jadi yang Terbanyak

Selain itu, ia menambahkan bahwa di kalangan pejabatpun hampir rata-rata tidak mengetahui SKM itu adalah gula.

“Bahkan mereka saat memberikan bantuan memasukkan SKM, masih banyak yang tidak tahu meski mereka kalangan atas. Jadi memang masih minim literasi bahwa SKM merupakan gula, tidak ada jaminan keluarga yang mampu anaknya terhindar dari stunting karena pola asuh yang salah itu dari retorasi yang minim,” ucap dia.

IMG 20240830 WA0101 1
Survei sekaligus Kunjungan Edukasi yang dilakukan Yaici kepada beberapa keluarga yang di kota Palembang. Foto : Doc Yaici

Diketahui, menurut survei kesehatan Indonesia (SKI) sepanjang tahun 2023 ternyata angka stunting di Sumsel meningkat hingga 20,3 persen.

“Kita akan terus memberikan edukasi kepada para ibu, terutama Ibu muda. Bahkan kami memulai memberikan edukasi kepada pelajar dan mahasiswa. Boleh mengkonsumsi SKM, namun bukan sebagai pengganti Susu, lalu tak dikonsumsi secara berlebihan,” tutupnya.

Baca Juga :  Dinyatakan Sehat SELFI Siap Lanjutkan Tahapan Pilkada

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Sumsel, Dedi Irawan membenarkan jika Faktanya SKM menjadi salah satu penyebab Stunting.

“Bukan isu lagi, tapi sudah menjadi fakta bahwa SKM jadi salah satu penyebab stunting pada balita. Bayi usia di bawah 6 bulan seharusnya diberikan ASI saja, di atas 6 bulan diberi makanan pendamping sesuai dengan usia,” ujarnya.

Pemberian SKM yang dinilai sebagai susu itu disebutnya sudah tertanam sejak lama. Banyak yang belum paham bahwa SKM didominasi gula dan tidak baik untuk balita.

“Stunting terjadi karena pola asuh yang salah, sekitar 60%. Ada juga temuan anak di bawah 6 bulan diberikan SKM, itu ketahuan saat dia datang ke Posyandu ternyata setelah diwawancarai saat masih balita diberi SKM,” katanya.

    Komentar