SUARAPUBLIK.ID, EMPATLAWANG – Harga Sembilan Bahan Pokok (Sembako) terutama beras, mulai dirasakan naik sejak sepekan terakhir. Hal ini sangat menguntungkan para petani sawah, karena kenaikan beras ini juga terjadi pada jenis beras dari petani atau lebih dikenal dengan beras dusun, seperti jenis beras IR 64, 66, bramo, surya dan sebagainya.
Harga beras di Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker) Kabupaten Empat Lawang misalnya, saat ini harga beras berkisaran Rp 9.000-9.200 perkilogram. Hal ini membuat masyarakat petani di kecamatan tersebut cukup bergairah. Sebagian besar berspekulasi dengan menjual habis beras tanpa meninggalkan stok, sehingga dikhawatirkan mereka akan kesulitan mendapatkan beras kembali. Namun, di sisi lain, hal ini cukup dikeluhkan masyarakat yang membeli beras, karena harga tersebut cukup tinggi.
“Memang harga beras dusun sekarang harganya cukup tinggi atau naik berkisaran Rp 1.000 perkilogram. Sebagian besar masyarakat petani berlomba-lomba menjual berasnya dengan spekulasi tinggi,” ujar Sahrin, salah seorang petani di Desa Bandaragung, Kecamatan Paiker.
Dikatakannya, dengan harga seperti ini sangat menunjang penghasilan masyarakat, namun mereka juga menghawatirkan, beras dalam kecamatan tersebut cepat hilang di pasaran, karena semua habis terjual.
“Jika dilihat dari segi harga tentu sangat menggembirakan bagi kami, akan tetapi dikhawatirkan ke depannya karena semua beras habis terjual. Sebenarnya kalau dipikir, memang ini menjadi kesalahan pola masyarakat, tidak seperti dulu yang menyimpan beras, utamanya untuk makan keluarga,” jelasnya.
Ditambahkan Saiful, karena kesalahan pola ini, masyarakat petani khususnya terkadang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri sebelum masa panen tiba. Sehingga mereka sendiri terpaksa menjadi buruh harian untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Mereka tidak terpikir kedepannya dalam artian bersikap konsumerisme. Sangat disayangkan perilaku seperti ini. Karena itu juga meskipun hasil pertaniannya terbilang besar, namun tidak begitu meningkatkan perekonomian,” terangnya.
Lain halnya Mery, salah seorang ibu rumah tangga, masyarakat pembeli sangat merasakan kenaikan harga beras saat ini.
“Hal ini juga berakibat untuk masyarakat masih bergantung pada beras untuk orang miskin (Raskin). Sebab harga beras yang ada kadang-kadang tidak terjangkau oleh masyarakat,” ujarnya.
Kenaikan harga beras juga terjadi di pasar Tebing Tinggi, yakni mencapai Rp1.500/Kg. Adanya kenaikan harga tentu sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah.
Dari hasil pantauan di kawasan Pasar Tebing Tinggi sepekan terakhir, kenaikan harga beras pada beberapa agen berkisar antara Rp1.000 sampai Rp1.500. Kenaikan harga terjadi pada seluruh jenis beras yang dijual pedagang.
Menurut pedagang, kenaikan harga ini terjadi karena telah terjadi kenaikan harga di seluruh penjuru Provinsi Sumsel. Kenaikan harga beras ini pun cukup membuat masyarakat resah dan khawatir jika nantinya harganya terus meningkat. Mereka menilai harga beras sekarang sudah cukup tinggi bila dibandingkan dengan kemampuan beli oleh masyarakat, terutama perekonomiannya menengah ke bawah.
“Bagi kami yang bekerja sebagai buruh harian dan petani, harga itu sudah terlalu tinggi. Ya, khawatir kalau harga itu terus meningkat, sehingga tidak bisa terjangkau oleh kami yang perekonomiannya lemah,” ujar Lena (42), warga kawasan Pasar Tebingtinggi. (Alf)
Komentar