SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Hutan pinus berjejer beraturan, menjulang tinggi dengan dedaunan hijau membuat rindang kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel).
Wisata alam terletak di tengah perkotaan Palembang ini, tepatnya di Jalan Koloneh H Burlian Palembang seluas sekitar 12 hektare, dari total hutan konservasi Punti Kayu sekitaran 39 hektare.
Selain dihiasi pohon-pohon Pinus, suasana asri Punti Kayu juga didukung oleh beragam jenis flora yang masih terawat hingga sekarang, di antaranya pohon akasia, mahoni, talog dan pulai.
Suara kicauan burung yang terdengar nyaris, membuat suasana alam yang tenang kian terasa. Banyak jenis fauna yang bisa dilihat ketika berkunjung ke Punti Kayu, seperti kera ekor panjang, beruk, tupai, biawak dan musang. Bahkan ada juga serangka langka yang hingga kini belum diberi nama secara ilmiah.
Di kawasan TWA, Punti Kayu menyediakan beragam jenis wahana permainan, mulai dari jembatan gantung, perahu bebek, perahu naga, kebun binatang, outbond training yang dilengkapi dengan kanopi bridge, flying fox, kolam renang dan lainnya.
Secara keseluruhan, kawasan Hutan Punti Kayu ternyata menjadi hutan terbesar se-Asean di tengah perkotaan yang jarang ada di belahan negara di dunia.
Sebagai penyumbang oksigen alami terbesar di Palembang, Hutan Punti Kayu menjadi solusi dari besarnya ancaman bencana alam, mulai dari polusi udara, efek rumah kaca hingga banjir di perkotaan.
Walaupun Kota Palembang sering banjir saat musim hujan, namun volume banjir yang besar, tidak menyebar hingga ke seluruh sudut perkotaan.
Kepala Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Ujang Wisnu Barata berujar, Hutan Punti Kayu-lah yang berkontribusi besar untuk meredam potensi bencana alam, yang bisa merugikan warga Palembang.
Vegetasi di TWA Punti Kayu juga, sangat terkait dengan siklus air. Bahkan berkontribusi sebagai salah satu daerah resapan air, yang artinya memiliki peran vital dalam pengendalian banjir maupun kemarau di Kota Palembang.
Hutan konservasi Punti Kayu merupakan kawasan pelestarian alam yang masih terus dijaga keasriannya. Salah satunya melalui upaya pemulihan ekosistem melalui penanaman dan edukasi konservasi alam kepada para pengunjung, maupun dalam setiap penyelenggaraan event di TWA Punti Kayu.
“Lokasi TWA Punti Kayu yang berada di tengah kota, berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim Kota Palembang, melalui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon,” ujarnya, Kamis (17/8/2023).
Keberadaan TWA Punti Kayu menjadi salah satu alternatif bagi warga Kota Palembang, untuk lebih mengenal tentang alam dan bagaimana menjaga pelestarian alam sedari dini.
Para pengunjung TWA Punti Kayu Palembang bisa menikmati sarana rekreasi alam, pendidikan, penelitian dan pelestarian budaya, yang tidak bertentangan dengan prinsip konservasi, karena pada hakikatnya TWA termasuk dalam kawasan pelestarian alam.
*Pusat Rehabilitasi Satwa*
Hutan konservasi Punti Kayu juga menjadi kawasan penyelamat satwa-satwa yang terancam punah. Salah satu langkah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni dengan membangun program Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) di kawasan Punti Kayu di luar TWA.
PRS sudah berdiri sejak 2021 lalu, melalui Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara KLHK dengan The Aspinall Foundation (TAF), tentang Konservasi Primata Dilindungi di Indonesia.
“PRS bertujuan mendukung upaya KLHK dalam program konservasi primata dilindungi dan habitatnya di Indonesia, untuk jangka waktu 3 tahun,” ucapnya.
Di PRS sendiri, ada 9 jenis satwa transit yang berjumlah 23 individu, terdiri dari lutung, owa ungko, siamang, kukang, buaya muara, beruang madu, elang bondol, elang ikan kepala kelabu, dan kakatua jambul kuning.
PRS Punti Kayu juga berfungsi untuk menampung satwa transit hasil sitaan dan serahan sukarela, untuk diupayakan tindakan konservasi selanjutnya, sebelum kembali dilepasliarkan ataupun kebijakan lainnya berdasarkan perkembangan kondisi fisik satwa tersebut meliputi aspek sosio-ekologi, medis dan perilaku.
Raden Azka, Manager TWA Punti Kayu Palembang mengungkapkan, pengunjung TWA Punti Kayu di Palembang cukup banyak per harinya, karena kawasan tersebut menjadi satu-satunya wisata alam di Palembang yang masih terjaga keasriannya.
“Di hari biasa, jumlah pengunjung sekitar 30-70 orang, sedangkan di hari libur bisa melonjak hingga 200 orang pengunjung per hari,” katanya.
*Ruang Terbuka Hijau*
Langkah pengelola TWA Punti Kayu Palembang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang nyaman menjadi wisata alam, seperti penanaman pohon yang melibatkan beberapa pihal. Yakni PT Perusahaan Listrik Nasional (PLN), PT Pertamina, SKK Migas dan lainnya.
“Dengan kerjasama ini, kita selalu berupaya agar RTH bisa tetap asri dan menjadi wisata alam dan edukasi atau eco-tourism bagi warga Palembang dan pendatang,” katanya.
Apalagi beberapa waktu lalu Wakil Menteri (Wamen) LHK Alue Dohong berkunjung dan memantau PRS Punti Kayu Palembang, dalam rangka penyelamatan satwa-satwa transit hasil sitaan dan serahan sukarela masyarakat.
“Wamen LHK mengapresiasi PRS sebagai representatif media edukasi yang membutuhkan dukungan realisasi pembangunanny, termasuk dari Aspinall,” katanya.
M Hairul Sobri, Koordinator Pantau Gambut Sumsel sekaligus aktivis lingkungan di Sumsel berkata, keberadaan Hutan Punti Kayu di tengah perkotaan, sangat berperan penting dalam penyerapan polusi udara, apalagi padatnya transportasi di tengah perkotaan Palembang.
“Palembang termasuk wilayah banjir, daya serap tipis, kolam retensi tidak tertampung lagi. Jika tidak ada Hutan Punti Kayu, daya serap air di Palembang akan sulit tertampung. Walau tidak menjadi serapan utama, tapi mampu jadi proteksi dini banjir jika ada ancaman banjir besar,” katanya.
Untuk itu, dia berharap pengelolaan RTH Punti Kayu, bisa memaksimalkan hutan konservasi tersebut sebagai penyelamat alam, agar warga Palembang tidak mendapatkan dampak dari bencana alam yang mengancam jiwa.
Komentar