SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Masa Pandemi Covid-19 adalah masa yang amat sulit bagi kehidupan sebagian masyarakat. Covid-19 yang melanda seluruh negara telah meluluhlantakkan perekonomian. Masyarakat yang diharuskan menjaga jarak, di rumah saja, dan mengurangi mobilitas, membuat ekonomi tidak berjalan dan cenderung alami penurunan.
Mereka yang tadinya bekerja di perusahaan harus terpaksa merelakan pekerjaanya akibat PHK. Mereka yang berwirausaha sendiri, harus memupuskan harapanya lantaran alami bangkrut akibat sepinya pembeli. Pun begitu bagi mereka yang masih beruntung dipekerjakan di perusahaan, tetapi harus merelakan pendapatanya dipotong separuh akibat kondisi perusahaan yang drop. Tak ayal, masa-masa sulit yang dialami selama Pandemi dua tahun lalu, membuat sebagian masyarakat berusaha menata kembali kehidupannya. Mencari jalan keluar agar kehidupan tetap terus berjalan.
Ternyata, ada secercah harapan yang dibawa Gojek. Perusahaan berbentuk aplikasi bergerak di bidang jasa transportasi ini, ternyata mampu memberi harapan baru bagi masyarakat yang terkena dampak Pandemi Covid-19. Salah satunya, dirasakan Edi (42). Pria asli Komering Kabupaten OKU Timur ini, sebelumnya adalah seorang pemilik usaha penjualan aneka pakan ternak, penjual burung, perlengkapan pancing, beserta aksesoris pendukungnya. Ia memiliki toko sendiri yang ia sewa di Jl Celentang Palembang, Sumatera Selatan.
Dirinya berbisnis ini sejak tahun 2017. Pelan tapi pasti, usahanya bergerak maju. Sayangnya, adanya Pandemi Covid-19 tepatnya sejak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April 2020, bisnisnya langsung drop. Adanya larangan berkumpul dan keluar rumah, menyulitkan Edi menjual daganganya.
“Sementara pelanggan saya itu biasanya sebelum transaksi, kumpul-kumpul dulu di toko. Ngobrol duduk-duduk, sambil lihat-lihat burung yang mau dibeli. Tapi karena ada larangan berkumpul itu, tidak ada lagi yang datang. Saya tawarkan lewat hape juga mereka kurang minat. Karena memang adanya larangan berkumpul, tidak ada lagi kontes burung-burung. Jadi konsumen saya stop membeli burung, aksesoris. Paling hanya makanan ternak dan burung, itu juga jarang,” ujar Edi, saat diwawancarai belum lama ini.
Lantaran tidak ada perputaran uang, pria beranak satu itu harus merelakan usahanya bangkrut. Ia menjual beberapa barang di tokonya yang masih tersisa. Kemudian ia mencoba peruntukkan dengan melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan. Apalagi ia punya latar belakang sebagai seorang marketing. Sayangnya, karena masih di masa Pandemi, hanya sedikit perusahaan yang membutuhkan pekerja baru. Otomatis lamarannya yang banyak ia kirimkan, tidak ada yang goal.
Di tengah keputusasaan yang dialaminya, Edi lalu melirik profesi sebagai ojek online. Mulanya ia belum langsung ke Gojek, sebab kala itu belum ada penerimaan mitra driver baru. Edi mencoba di Aplikator Ojek Online lain. Sayangnya pendapatan yang ia terima sedikit. Sebab, Aplikator tersebut penggunanya memang tidak sebanyak Gojek. Akhirnya setelah beberapa bulan, ada penerimaan mitra driver baru dari Gojek. Edi langsung mendaftar. Ia tidak perlu keluar uang untuk menjadi mitra driver seperti aplikator lain, sebab seluruh perlengkapan untuk Ojek Online seperti jaket dan helm, semua, bisa dicicil dari pendapatan yang ia terima.
“Alhamdulillah, sejak saya menjadi mitra driver Gojek, perekonomian keluarga kami yang sempat drop perlahan membaik. Di masa Pendemi pesanan makanan online melonjak tinggi, begitupun hantaran (gosend) karena masyarakat lebih banyak melakukan transaksi dari rumah,” aku Edi yang sudah hampir dua tahun menjadi mitra driver Gojek.
Kini, Edi perlahan mulai menabung. Ia berniat membuka usahanya kembali. “Saya dari dulu kepingin berwirausaha. Mudah-mudahan usaha saya yang selanjutnya ini akan berjalan lancar. Karena saya juga banyak belajar dari pengalaman lalu. Dari Gojek ini saya menggantungkan harapan saya untuk kembali berwirausaha,” selorohnya.
Foto diambil Sabtu (21/10/2022).
Mahasiswa yang Konsisten di Gojek
Lain lagi pengalaman yang dialami Ahmad Yani, seorang Mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Palembang yang sedang menyelesaikan skripsi. Ia menjadi mitra driver Gojek sejak tahun 2017. Niatnya dulu adalah ingin mendapatkan penghasilan tambahan. Apalagi ia butuh biaya untuk kuliahnya. “Saya bertekad ingin memperbaiki hidup dengan kuliah. Sementara orang tua saya tidak begitu mampu menguliahkan saya. Akhirnya, saya menjadi driver Ojek Online di Gojek,” ujar Ahmad Yani yang akrab disapa rekan-rekanya sebagai Darwin.
Niatnya kesampaian. Pendapatanya sebagai mitra driver Gojek lumayan. Selain mampu membiayai kuliahnya, ia juga mampu membantu sedikit demi sedikit kehidupan perekonomian orang tuanya. Dia meyakini bahwa menjadi mitra driver Gojek ini bisa menjadi usaha sampingan atau bahkan profesi tetap. “Itulah mengapa sudah lima tahun saya tetap setia menjadi mitra driver Gojek,” aku Darwin.
Ada banyak keuntungan yang ia peroleh dengan menjadi mitra driver Gojek. Selain pendapatannya terangkat, ia juga banyak menerima bantuan swadaya dari Gojek seperti bantuan BPJS Tenaga Kerja, bantuan pulsa, dan lain-lain.
Tapi di tengah masa jayanya itu, Darwin sempat alami masa sulit. Tepatnya sejak masa Corona Covid-19 merebak, pada tahun 2020-2021. Darwin sampai cuti kuliah satu tahun, karena di masa itu ia tidak mendapat pemasukan sama sekali. Lantaran, tidak ada penumpang yang ingin memakai jasanya, akibat adanya PSBB. “Tapi, Alhamdulillah, setahun berikutnya pendapatan saya membaik seiring dizinkannya aktivitas masyarakat kembali normal.”
Selain menjadi mitra driver Gojek, Darwin ternyata juga memendam niat untuk membuka usaha sendiri. “Meski saat ini belum tergambar mau buat usaha apa, tetapi rencananya kalau ada usaha nanti saya akan tetap menjadi driver Gojek sebagai usaha sampingan,” ungkapnya.
Pelopor Model Ekosistem Multi Layanan
Kehadiran Gojek sendiri, menurut Aji Wihardandi, head of regional corporate affairs Gojek Sumatera, ditujukan memanfaatkan teknologi untuk memudahkan kehidupan sehari-hari, dengan menghubungkan konsumen ke penyedia barang dan jasa terbaik di pasar.
Gojek didirikan di Indonesia, dan saat ini sudah beroperasi di tiga negara di Asia Tenggara, Indonesia, Singapura, dan Vietnam. Dengan jumlah mitra driver lebih dari 2,6 juta orang, lebih dari satu juta kerjasama dengan merchant Gofood. Dan memberi kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2020 sebesar Rp 249 triliun (setara dengan 1,6 persen dari PDB Indonesia pada tahun 2020).
Dijelaskan Aji, Gojek dari tahun ke tahun alami perkembangan signifikan. Tahun 2010 Gojek mulai beroperasi secara komersial, tahun 2015 meluncurkan aplikasi layanan on Demand di Indonesia. Lalu, tahun 2016, meluncurkan Gopay. 2018, Gojek hadir di Vietnam dan Singapura. Dan 2021, bergabung dengan Tokopedia untuk menciptakan Go To.
Perhatian Gojek terhadap mitra driver sangat besar. Hal ini diwujudkan dengan hadirnya aplikasi Go Partner. GoPartner adalah aplikasi terintegrasi untuk seluruh mitra roda dua dan roda empat yang ada di Indonesia, Singapura, maupun Vietnam. “Yang digunakan agar Gojek dapat bergerak lebih cepat dalam memenuhi kebutuhan mitra. Terutama dalam pengembangan dan perbaikan fitur-fitur di aplikasi.”
Menurut catatan Gojek, sahut Aji, mitra driver Gojek tetap tangguh di masa Pandemi. Para mitra driver mengalami pemulihan yang signifikan melalui peningkatan pendapatan, yakni naik 24 persen bagi mitra GoRide dan 18 persen bagi mitra GoCar dibandingkan saat awal Pandemi.
Lebih jauh Aji menjelaskan, sekitar 4/5 mitra memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Lalu, 4/5 mitra mengaku puas dengan kemitraan mereka bersama Gojek. Dan, 2/3 mitra lainnya mendapatkan manfaat dari fleksibilitas waktu dalam kemitraan mereka dengan Gojek.
Diketahui, mitra driver ingin terus bermitra dengan Gojek, lantaran dukungan yang Gojek berikan selama Pandemi. Bentuk dukungan itu, untuk menjaga keselamatan, kesehatan, dan kebersihan mitra. Yang diwujudkan dalam bentuk, pertama, menyediakan posko yang aman untuk melindungi mitra driver (Posko Aman). Kedua, distribusi alat kesehatan, contoh masker, pembersih tangan, dan pelindung layar. Ketiga, diskon swadaya, contoh voucher pulsa telepon untuk dukungan operasional. “Patutlah, jika Gojek ini menjadi aplikasi on demand dengan sejuta manfaat,” ujar Aji. (*)
Komentar