SUARAPUBLIK.ID, MUSI BANYUASIN – Berbagai macam upaya yang dilakukan pemerintah melalui tenaga kesehatan untuk melakukan penanganan terhadap pasien orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).
Seperti dilakukan Puskesmas Balai Agung Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Dalam melakukan penanganan terhadap pasien ODGJ, Puskesmas Balai Agung telah membuat inovasi.
Inovasi yang diberi nama ‘Basindo’ ini, merupakan terobosan berbagi kasih dengan pasien ODGJ. Inovasi ini dibuat dari Program Keswa, sehingga bisa merampungkan berbagai kegiatan khusus untuk penanganan pasien ODGJ.
Kepala UPT Puskesmas Balai Agung dr. Zwesty Wisma Devi, mengatakan inovasi Basindo merupakan program kesehatan. Imovasi ini dibuat dilatari keprihatinan tenaga kesehatan terhadap banyaknya pasien ODGJ yang belum terlacak, dan mendapatkan pengobatan maksimal dari masyarakat itu sendiri, karena malu membawa pengobatan ke Puskesmas.
Tujuan dari inovasi ini agar pasien ODGJ ini mendapatkan pengobatan perawatan dan juga hingga sampai masa penulihan sehingga pasien ODGJ ini dapat berinteraksi dan bersosialisasi kembali dengan masyarakat.
“Ada tiga kegiatan penting yang dilakukan dari inovasi ini, pertama pelacakan pasien ODGJ dengan melakukan kordinasi lintas sektoral dengan pihak-pihak terkait, Kedua pemantauan kesehatan pasien itu sendiri, ada dua hal yang dilakukan yakni melalui posyandu jiwa, Home Visit dan yang ketiga Berbagi Kasih dengan pemberian hewan ternak kepada pasien ODGJ yang telah pulih,” ungkap dr Zwesty, Rabu (15/9/2021).
Lebih lanjut, dr Zwesty menerangkan dalam proses kegiatan pemantau pasien ODGJ petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan di posyandu jiwa satu bulan sekali, untuk home visit petugas langsung mendatangi rumah pasien ODGJ.
“Jadi, untuk tahap pemantauan, bersama lintas sektoral pasien dilakukan pemeriksaan di Posyandu jiwa yang berada di jalan talang jawa kelurahan balai agung satu bulan sekali, untuk home visit, petugas akan melakukan pemeriksaan pasien yang tidak datang, petugas akan turun langsung melakukan pemeriksaan melihat apakah pasien itu teratur minum obatnya,” bebernya.
Apabila dari hasil pemeriksaan pasien dikatagorikan sudah mengalami perubahan yang lebih baik atau pemulihan kejiwaanya untuk merangsang pyscososial dengan inovasi Basindo, pihaknya berbagi kasih dengan memberikan satu pasang hewan ternak.
Hal ini dilakukan agar pasien memiliki aktivitas setalah masa pengobatan dan pemulihan kejiwanya sehat. penyerahan hewan ternak itu sendiri dilakukan dengan support dari keluarga pasien itu sendiri.
“Jadi, kemarin ada pasien ODGJ, yang sudah kondisi kejiwaanya pulih bersama pihak keluarga kita berikan pasien saru pasang hewan ternak ayam. Harpakan kami, dengan hewan ternak ini pasien memiliki aktivitas.Namun jika hewan ternak ini bisa berkembang tentu menjadi nilai ekonomis, bisa memberikan pemasukan, meski nilainya kecil namun pasien bisa terlatih hidup mandiri,” terangnya.
Untuk saat ini, dr Zwesty menyebut untuk di wilayah kerja puskesmas balai agung juamlah pasien ODGJ tercatat ada sekitar 60-80 orang.
Sementara, ditanya soal proses waktu pemulihan pasien ODGJ itu sendiri, Ia menerangkan jika pasien ini lebih cepat kembali lagi pada proses tahapan, kembali lagi pada proses pelacakan dan kasus baru.
Jika pasien belum terlalu lama atau masih pada fase tahap awal, dengan makan obat secara teratur tiga bulan sudah bisa pulih, namun jika kondisi pasien sudah terlalu parah tergantung, terhadap kepatuhan pasien minum obat teratur atau tidak selain itu support dan dukungan dari keluarga agar pasien bisa sehat. Rata-rata jika pasien minum obat teratur 3 bulan pasien sudah mengalami perubahan.
Untuk saat ini, di wilayah kerja puskesmas Balai Agung, belum ada pasien ODGJ yang sampai dirujuk, Namun pihaknya sudah ada koordinasi untuk merujuk pasien yang indikasinya selama masa pengobatannya belum maksimal, selain itu pasien yang akan dirujuk ini kurang pemantauan dari keluarga. Itu Indikasi untuk merujuk tapi belum ada dirujuk.
“Jadi dari tahap awal pendiagnosaan kita mencari faktor internalnya, penyebab ODGJ ini, memang hampir bisa dibilang 50 persen faktor dari Ekonomi , jika dilihat dari faktor awal depresi.Namun ada juga satu keluarga itu yang memang mungkin di rumahnya, memiliki kebiasaan di rumah, yang menyebabkan semua orang di rumah itu hampir mengalami gangguan kejiwaan. Mungkin faktor dari pengajaran rumah sehingga mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan semestinya, narkoba juga ada,” tandasnya. (ANA)
Komentar