SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Sebagaimana umumnya wilayah Indonesia lainnya, pola suhu udara di Sumatera Selatan memiliki dua puncak yakni pada April-Mei dan September-Oktober.
Hal ini berkaitan dengan deklinasi matahari terhadap wilayah tropis yang secara praktis dikenal sebagai gerak semu matahari.
Puncak suhu tertinggi di Sumatera Selatan pada pada bulan September berkisar 33.3°C.
Peningkatan suhu udara ini dikuti oleh kelembapan udara yang berkisar antara 65% hingga 75%.
“Hal ini berdampak pada tingkat kenyamanan di mana kita akan merasa lebih panas dari suhu yang sebenarnya,” ungkap Kepala Stasiun Klimatologi kelas I Sumatera Selatan, Wandayatolis, Selasa (27/9).
Menurutnya, tingkat kelembapan ini terkait langsung dengan naiknya suhu udara.
“Jadi meski curah hujan mulai meningkat yang berarti membawa peningkatan uap air. Namun, laju penguapan menjadi lebih tinggi,” ujarnya.
Adapun puncak suhu maksimum pada September hingga Oktober ini diikuti oleh tercapainya suhu minimum di pagi hari.
“Sehingga, pada dini hari kita akan merasakan udara yang lebih dingin, kemudian pada siang hari kita akan merasakan suhu udara yang lebih tinggi dibanding dari bulan-bulan sebelumnya,” terangnya.
Kondisi akan lebih terasa jika hujan terjadi pada sore hari hingga malam hari. Jika hujan terjadi pada siang hari akan membantu meningkatkan kelembapan udara harian dan sedikit menurunkan suhu pada siang hingga sore hari tersebut.
Dia menilai, jika suhu udara yang tinggi dapat mengurangi kenyamanan yang dirasakan.
Karena adanya penurunan kelembapan udara.
“Maka dari itu perbanyak konsumsi air putih agar tubuh tetap nyaman dan terhindar dari dehidrasi,” pungkasnya. (*)
Komentar