Produksi Kopi Pagar Alam Masih Terkendala Pasar

Pagar Alam68 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PAGAR ALAM – Hilir atau pasar penjualan kopi, masih menjadi suatu kendala yang terus dicarikan solusi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pagar Alam. Sebab, hingga kini untuk pasar masih belum kelihatan.

“Kepada teman-teman yang aktif dan konsen di Kopi, kami sangat berharap hilir atau pasar Kopi. Sudah ada penggiat Kopi yang coba untuk melakukan itu melalui pendampingan, tapi masih jadi sesuatu yang belum jelas,” ungkap Walikota Pagar Alam, Alpian Maskoni, saat membuka Lokakarya dan Temu Usaha Agroforestery Kopi dengan tanaman buah-buahan, Kamis (16/12/2021).

Alpian mencontohkan, seperti halnya Kopi petik merah dengan harga yang sangat beda. Pada saat harga beda, penggiat Kopi petik merah sudah mengumpulkan, kualitas yang diminta sudah dipenuhi. Untuk skala kecil masih lancar, tapi begitu dijanjikan skala besar dan sudah dipenuhi, pasarnya justru tidak jelas.

Baca Juga :  Dua Kali Ke Pagar Alam, Pemkot Minta Ini pada Menhub

“Ini masalah. Karena itu kita minta bisa dibantu, jangan sampai hal seperti ini terulang. Jangan para penggiat Kopi dikasih mimpi yang muluk-muluk, Kopi petik merah dengan harga yang sekian-sekian, yang bisa membuat petani justru kecewa,” serunya.

Bila pasar itu jelas, kata Alpian, penggiat Kopi pun bisa memenuhi berapa pun permintaan. “Asal semua itu jelas. Jangan begitu sudah dikumpulkan, Pasar tidak ada. Jadi mau kemana kita menjualnya,” terang Alpian.

Kalau pasar penjualan itu sudah dibuka, dirinya yakin para penggiat Kopi, akan semakin mampu meningkatkan kualitas kopi Robusta Pagar Alam.

Baca Juga :  Harga Minyak Goreng di Pagar Alam Ikut Turun Jadi Rp14 Ribu per Liter

“Petani kopi itu butuh pasar, butuh arahan caranya meningkatkan kualitas Kopi. Kita tidak bisa menyalahkan petani, dengan kualitas kopi asalan sekarang ini, karena itu yang diterima pasar, berapa pun pasar menerima,” tuturnya.

Untuk itu, kata Alpian, Kepada teman-teman di Jakarta, kiranya untuk dapat membuka pasar kopi robusta ini, agar sama-sama bisa meningkatkan kualitas kopi ini, tapi harus juga bisa memenuhi keinginan para petani kopi tersebut.

“Kualitas kita tingkatkan, pasar tidak ada, akhirnya masih dijual dengan asalan, tentunya petani memilih menjual kopi asalan,” tuturnya. (ANA)

    Komentar