SUARAPUBLIK.ID, UKRAINA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut bahwa Rusia telah mengerahkan hampir 200 ribu personel pasukan militer mereka di perbatasan dekat negaranya.
“Hampir 200 ribu tentara (Rusia) sudah ditempatkan (di perbatasan), (begitu pula) ribuan kendaraan tempur,” kata Zelensky dikutip dari cnn indonesia, Kamis (24/2/2022).
Rusia sendiri mengklaim pengiriman ribuan tentara ke wilayah separatis Ukraina sebagai bagian dari Pasukan Penjaga Perdamaian.
Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres menampik dalih Rusia. Ia menyebutnya pasukan yang dikirim Rusia tersebut bukan merupakan Penjaga Perdamaian.
Ukraina sebelumnya mulai menyiapkan pasukan cadangan untuk bersiap menghadapi invasi dari Rusia.
Dalam unggahan di Facebook pada Rabu (23/2), militer Ukraina mulai memanggil tentara cadangan berusia 18 hingga 60 tahun untuk bertugas setidaknya selama satu tahun ke depan.
Ukraina memiliki total sekitar 500 ribu tentara dengan rincian 250 ribu personel aktif dan 250 ribu tentara cadangan.
Sebagian besar pasukan cadangan Ukraina terdiri dari personel militer aktif yang pernah bertugas terutama saat bentrokan dengan separatis di timur negara itu usai pascaplokan Crimea oleh Rusia pada 2014 lalu.
Dekrit yang diteken Presiden Volodymyr Zelensky memaparkan mantan perwira dan bintara pun akan bertugas di unit militer dan sesuai dengan spesialisasinya di masa lalu.
“Jika cadangan, karena satu dan lain alasan yang ditentukan oleh hukum, tidak dapat dipanggil, mereka harus secara pribadi menunjukkan dokumen penjelasan,” bunyi dekrit presiden itu seperti dikutip AFP.
Dekrit yang diteken Presiden Volodymyr Zelensky memaparkan mantan perwira dan bintara pun akan bertugas di unit militer dan sesuai dengan spesialisasinya di masa lalu.
“Jika cadangan, karena satu dan lain alasan yang ditentukan oleh hukum, tidak dapat dipanggil, mereka harus secara pribadi menunjukkan dokumen penjelasan,” bunyi dekrit presiden itu seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim negaranya siap mencari ‘solusi diplomatik’ terkait masalah Ukraina yang kini semakin panas, Rabu (23/2/2021). Meski demikian, Putin menegaskan kepentingan negaranya tak bisa dikompromikan.
“Negara kami selalu terbuka dengan dialog langsung dan jujur untuk mencari solusi diplomatis dari masalah yang paling kompleks,” ucap Putin dalam sebuah pidato video untuk merayakan Hari Pembela Tanah Air, salah satu hari libur di Rusia, dikutip dari AFP.
Kepentingan Rusia, keamanan warga kami, tidak dapat dinegosiasikan bagi kami,” lanjutnya.
Beberapa waktu lalu, Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina, yaitu Donetsk dan Luhansk. Tak hanya itu, Putin juga mengklaim pengerahan pasukannya di Donetsk sebagai upaya menjaga perdamaian.
Keputusan Putin ini menuai kecaman dari pemimpin internasional, menilainya sebagai pelanggaran atas kedaulatan Ukraina.
Akibat tindakan Putin ini, beberapa negara memutuskan menjatuhkan sanksi pada Rusia.
Amerika Serikat membekukan aset dua bank Rusia, yakni Vnesheconombank (VEB) dan bank negara Promsvyazbank (PSB), pun juga institusi keuangan pendukung Rusia lain sebagai bentuk sanksi pada Moskow.
Uni Eropa juga berencana menjatuhkan sanksi yang bisa menghalangi akses Rusia ke pasar finansial, modal dan layanan blok itu.
Selain itu, Australia memutuskan menjatuhkan sanksi kepada delapan dewan keamanan Rusia. Australia juga mempercepat proses pengajuan visa bagi warga Ukraina yang ini masuk ke negara itu. (*)
Komentar