SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi (BMKG), memprediksi hujan ekstrem dengan intensitas staklim di atas 50mm, bakal melanda kota Palembang mulai 29 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
“Ada peningkatan curah hujan selama musim hujan ini, utamanya pada Desember, Januari dan Februari,” ungkap kepala BMKG Sumatera Selatan (Sumsel), Wan Dayantolis, Senin (27/12/2021).
Dia menerangkan, yang mempengaruhi angin La Nina yang berhembus dari barat menuju Indonesia menyebabkan terjadi penumpukan masa udara membentuk hujan dengan intensitas tinggi.
Ia mengakui, puncak hujan ekstrem yang terjadi pada 25 Dswmvwe dini hari, dalam catatannya hujan yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah Palembang beriringan dengan air pasang adalah ranking ketiga hujan terekstrem tertinggi dalam series Januari hingga Desember dalam 31 tahun terakhir.
“Memang curah hujan tertinggi ada di Palembang. Walaupun pada malam hari cukup merata hujan di Sumsel, namun konsentrasi hujan tertinggi di subuh hari itu terjadi di Palembang,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda, menerangkan akan memperbanyak pompa air portabel guna mengantisipasi potensi hujan ekstrem yang mungkin akan kembali terjadi di Palembang yang di prediksi puncaknya pada bulan Februari hingga Maret.
“Ada 200 titik sebenarnya sumbatan-sumbatan yang ada di Kota Palembang ini, mulai dari mendirikan bangunan di atas saluran, atau juga karena sungai dan saluran drainase itu yang sudah mengecil,” ungkapnya.
Ada lima kecamatan di kota Palembang tercatat mengalami banjir dengan ketinggian yang signifikan serta sangat rentan terjadi banjir saat curah hujan tinggi yakni, Sako, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Ilir Timur III, serta kertapati.
“Dari PUPR Palembang terus menyiagakan pompa-pompa baik itu pompa yang memang permanen, atau juga pompa portable sehingga nantinya bisa mengurangi juga mengantisipasi masalah dampak banjir di Kota Palembang,” ungkapnya.
Untuk saat ini, Pemkot Palembang telah memiliki 8 pompa permanen berukuran besar yang diklaim Fitri mampu menanggulangi saat hujan deras, namun tak cukup sampai disitu pihaknya pun akan menyiagakan pompa portable di lokasi yang sangat rentan menimbulkan genangan.
“Itu sudah mencukupi, tapi kan ini masalahnya bukan hanya masalah curah hujan, tapi Sungai Musi yang pasang, dari balai sungai juga membantu dengan menyiapkan pompa pompa portable,” jelaanya.
Menghadapi puncaknya musim penghujan yang akan terjadi dalam bulan februari hingga Maret, bukan tidak mungkin kota Palembang berstatus tanggap darurat guna penganggaran penanggulangan cuaca ekstrem, berkaca dari hujan ekstrem yang terjadi pada hari raya natal lalu.
“Sudah ada pembicaraan kesana terkait status tanggap darurat ini dari prediksi BMKG sampai dengan awal Januari hingga Maret diprediksikan akan mengalami cuaca dengan curah hujan yang cukup tinggi,” jelas Fitri.
Selain memiliki 8 pompa permanen yang selalu siaga, kota Palembang juga berfokus pada normalisasi anak sungai Musi dan pengoptimalan kolam kolam retensi.
“Dalam jangka pendek tentu kolam retensinya masih kita harapkan, tapi tentu bukan itu jalan keluarnya. Optimalisasi pompa, ini yang sangat kita harapkan untuk jangka panjang kita harus memperbanyak kolam-kolam retensi dan normalisasi aliran anak sungai Musi,” tutur Fitri. (ANA)
Komentar