Fenomena Hujan Lebat saat Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG

Kota Palembang41 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Koordinator Bidang Observasi dan Informasi SMB II Palembang, Sinta Andayani menjelaskan, saat ini secara klimatologi Sumsel berada dalam musim kemarau.

Namun akibat dari Dipole Mode Indeks (DMI) yang masih bernilai negatif, maka terjadi suplai uap air dari wilayah Selat Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat signifikan, khususnya bagian Sumatera.

“DMI saat ini masih bernilai negatif yakni di angka -1.06. Padahal normalnya kurang lebih 0.4,” ungkapnya.

Menurutnya, dari monitoring La Nina juga kembali aktif. Sehingga musim kemarau kali ini melimpah uap air (basah). Akibatnya potensi hujan meningkat.

Baca Juga :  Harnojoyo Tingkatkan Kordinasi dan Kolaborasi Dalam Meningkatkan Generasi Berencana

“Kadang cuaca terasa panas umumnya disebabkan proses konvektif atau penguapan untuk membentuk awan. Umumnya menyebabkan udara disekitar terasa panas atau gerah. Tetapi kemudian turun hujan di sore hingga malam hari,” jelasnya.

Sinta mengungkapkan, kondisi cuaca yang seperti ini perlu diwaspadai masyarakat. Bilamana kering dan panas bisa memicu kebakaran dan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, genangan, longsor dan angin kencang jika turun hujan.

“Untuk gempa memang kejadiannya hingga saat ini belum bisa diprediksi. Penjalaran gempa memang bisa dirasakan oleh daerah lain,” jelasnya.

Baca Juga :  Momen HUTDPD PAN Palembang Targetkan Ketua DPRD Pada Pileg Mendatang

Sinta mengimbau agar semua masyarakat di daerah, khususnya yang berpotensi rawan terjadinya gempa agar selalu untuk waspada dan memiliki pemahaman mengenai mitigasi gempa.

Masyarakat dapat memonitor informasi BMKG, baik gempa maupun prakiraan atau peringatan dini cuaca, melalui media informasi infoBMKG di aplikasi atau media sosial lainnya.

“Masyarakat juga diharuskan untuk selalu menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas karena cuaca yang tidak menentu ini rentan akan virus,” tuturnya. (ANA)

    Komentar