SUARAPUBLIK.ID, LAMPUNG – Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan bertajuk Capacity Building for Like-Minded Countries: Sustainable Coffee and Cacao. Salah satu agenda utama dalam kegiatan ini adalah kunjungan lapangan (fieldtrip) ke kebun kakao dan kopi di Provinsi Lampung.
Kunjungan ini bertujuan memperkenalkan sistem agroforestri dan praktik pertanian berkelanjutan yang diterapkan para petani lokal. Delegasi dari 16 negara turut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Hari pertama, para peserta mengunjungi kebun kakao milik petani binaan PT Olam Food Ingredients (OFI) Indonesia di Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur. Dalam sambutannya, Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, menyampaikan kebanggaannya karena wilayahnya terpilih sebagai lokasi kunjungan. Ia berharap kegiatan ini membuka peluang investasi dan kerja sama internasional di masa depan.
Imam Suharto, Head of Cocoa Sustainability PT Olam Indonesia, menjelaskan bahwa peserta diperkenalkan dengan praktik agroforestri dan sistem interkropping yang dilakukan oleh petani mitra. “Kami juga memperlihatkan teknik sambung pucuk dan sambung samping pada tanaman kakao. Peserta bahkan diajak menanam kakao langsung di kebun petani. Kami berharap pengalaman ini memperkaya wawasan peserta mengenai perkebunan kakao di Indonesia,” ujarnya.
Hari berikutnya, delegasi mengunjungi kebun kopi di Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. Salah satu petani lokal, Edison, mengisahkan bagaimana ia telah lebih dari satu dekade menerapkan budidaya kopi ramah lingkungan tanpa bahan kimia. “Kami sudah menggunakan sistem interkropping dan agroforestri, dengan tanaman pendamping seperti lada, gamal, pala, dan cengkeh,” katanya.
Rombongan juga mengunjungi Koperasi Usaha Bersama (KUB) Bintang Jaya, salah satu pemasok utama kopi untuk PT Nestlé Indonesia. Koperasi ini menaungi lebih dari 4.000 petani dari 193 kelompok tani. Di sini, peserta mempelajari proses penilaian mutu biji kopi, sistem sertifikasi petani, serta rantai pasok berkelanjutan.
Sebagai penutup, peserta mengikuti panen kopi di kebun Edufarm milik PT Nestlé Indonesia. Salah satu delegasi asal Pantai Gading, Yao Kouman Adingra, menyampaikan kesan mendalam atas pengalaman tersebut. “Kegiatan memetik kopi ini mengingatkan saya pada masa kecil, saat membantu orang tua di kebun. Saya sangat berharap petani di negara-negara kita bisa hidup lebih sejahtera, karena pekerjaan ini sungguh tidak mudah,” ungkapnya.
Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, Noviyanti, menyatakan bahwa kegiatan ini memperkuat jaringan internasional dan membuka peluang kolaborasi global di sektor pertanian rakyat. “Beberapa peserta berasal dari negara-negara penghasil kopi terbaik di dunia. Kegiatan ini menjadi wadah pertukaran pengalaman dalam pengelolaan kopi dan kakao secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Komentar