Unik… Ornamen Khas Bali Dari Limbah Letusan Gunung Berapi

Nasional51 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, JAKARTA – Perekayasa dari Kelompok Riset Keramik Fungsional Kreatif, Pusat Riset Material Maju, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ni Putu Muliawati memaparkan Karakteristik Limbah Basalt dan Pemanfaatannya untuk Ornamen Khas Bali dalam Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan, pada Webinar Ornamat seri ke-40 melalui daring, pada Selasa (19/12).

 

Ni Putu Muliawati mengemukakan terkait kegiatan riset saat ini meliputi limbah yang nantinya akan dimanfaatkan untuk sesuatu yang bernilai kreatif dan mempunyai nilai tambah yang tinggi.

 

“Jadi limbah basalt itu berasal dari letusan Gunung Agung yang ada di daerah Karangasem, Bali yang sudah meletus puluhan tahun yang lalu, sekitar tahun 1973. Gunung Agung meletus dan mengeluarkan lahar kemudian mengeluarkan batuan, batuan dari letusan Gunung Agung tersebut yang kami sebut Basalt dan dimanfaatkan oleh para UMKM yang ada di Karangasem sebagai bangunan pura,” ucapnya.

Baca Juga :  BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Jelang Liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024

 

Ia mengungkapkan bahwa limbah-limbah tersebut masih berserakan di sekitar Karangasem sampai Denpasar.

 

“Kami melihat beberapa UMKM yang memproduksi bangunan pura ini menyisakan limbah yang sangat banyak. Hal ini menimbulkan permasalahan karena limbahnya sudah menumpuk kemudian tidak ada yang memanfaatkan. UMKM juga bingung limbah ini sebaiknya digunakan untuk apa,” tutur Ni Putu.

 

“Selama ini, limbah hanya digunakan sebagai tanah urug itu pun mereka mengambilnya gratis, para pengrajin sudah senang karena sudah diambil dengan cara gratis. Berdasarkan hal ini kami dari Kelompok Riset Fungsional Kreatif membuat sebuah inovasi, bagaimana caranya memanfaatkan limbah ini sebagai ornamen-ornamen bangunan yang ada di Bali,” paparnya.

 

Karangasem berasal dari erupsi Gunung Agung kemudian membentuk utama lava Gunung Agung, basanya merupakan jenis batuan beku ekstrusif yang berwarna sangat gelap yang mengandung silika 45-52%, kemudian pemanfaatan sebelumnya adalah sebagai konstruksi dan bangunan pura.

Baca Juga :  Kuota Jemaah Haji RI Bertambah 20 Ribu

 

Pembuatan bangunan pura menggunakan mesin potong menjadi batu basalt untuk mendapatkan bola-bola tertentu guna bangunan pura. Hasil samping pembuatan bangunan Pura tersebut menimbulkan limbah halus dan limbah kasar yang menumpuk tidak dimanfaatkan, kemudian mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya. “Para pengrajin umumnya kurang peduli akan limbah yang dihasilkan, karena mereka lebih memfokuskan diri pada hasil yang dapat dijual. Sementara limbah hanya digunakan sebagai tanah urug konstruksi,” terang Ni Putu.

 

Tujuan dari penelitian adalah memanfaatkan limbah serbuk basalt digunakan sebagai agregat pada mortar, untuk dapat mengganti pahatan batu basalt yang digunakan pengrajin pada bangunan ataupun bagian bangunan.

Baca Juga :  Strategi Atasi Kelangkaan hingga Kepunahan Anggrek

 

“Peluang pemanfaatan limbah basalt sangat luas, dapat dijadikan bahan konstruksi, bata maupun beton serta pemanfatan limbah sebagai bahan pengganti dalam beton dapat meningkatkan kandungan dari beton,” ucapnya.

 

Metodologi yang ia dan tim gunakan adalah melakukan karakterisasi dengan XRD. Kemudian membuat benda uji berupa balok-balok, untuk dibuat beberapa formulasi untuk mendapatkan formula yang terbaik yang digunakan untuk pembuatan ornamen dari bangunan pura.

 

“Riset yang kami lakukan ini adalah bagaimana memanfaatkan limbah basalt sebagai ornamen tidak bangunan-bangunan pura secara utuh. Jadi membuat ornamennya dimana ornamen sebuah Pura terdiri dari beberapa bagian. Sedangkan ornamen yang kami buat melalui beberapa tahapan dari pembuatan model, kemudian cetakan sillicone rubber, dan pencetakan dan pengeringan dengan menggunakan suhu kamar,” urainya.

 

Sumber: Badan Riset dan Inovasi Nasional

    Komentar