Tambahan Kasus Corona RI Melambat, Tapi Masih Sangat Tinggi

Nasional41 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, JAKARTA – Kementerian Kesehatan menyatakan angka kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 44.721 kasus sampai dengan Minggu (18/7/2021) dikutip dari cnbc indonesia.

Angka tersebut mengalami penurunan dari penambahan kasus sehari sebelumnya, Sabtu (17/7/2021) sebanyak 51.952 kasus. Dengan demikian, sampai dengan hari ini, akumulasi kasus positif secara nasional mencapai 2.877.476 kasus.

Sementara itu, pemerintah melaporkan perlambatan jumlah penambahan kasus baru Covid-19 pada hari ini Minggu (18/7/2021). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sayangnya belum ampuh dan karenanya belum akan dicabut.

Kementerian Kesehatan menyatakan angka kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 44.721 atau menurun dibandingkan dengan penambahan kasus kemarin sebanyak 51.952 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus positif secara nasional mencapai 2.877.476.

Jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 29.264 orang, sehingga secara akumulasi tingkat kesembuhan dialami oleh 2.261.658 orang. Angka kematian pun relatif flat, sebanyak 1.093 jiwa, dibandingkan dengan angka kematian kemarin sebanyak 1.091 jiwa.

Jika mengacu pada grafik, perlambatan kasus hari ini merupakan yang ketiga kali secara beruntun setelah perlambatan pada Sabtu (17/7) kemarin dan Jumat (16/7) (sebanyak 54.000). Rekor kasus baru harian tertinggi sepanjang pandemi dicapai pada Kamis (15/7/2021) mencapai 56.757 kasus.

Namun jika mengacu pada target awal, ketika PPKM Darurat diumumkan, Presiden Joko Widodo sebelumnya menargetkan kebijakan baru tersebut bakal menurunkan jumlah kasus baru Covid-19 menjadi 10.000 orang per hari. Dengan demikian, perlandaian kasus dalam 3 hari terakhir masih jauh dari target.

Hal ini membuka peluang PPKM Darurat diperpanjang guna mengendalikan kasus penyebaran virus lebih lanjut. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa PPKM Darurat bisa diperpanjang hingga 6 pekan di tengah masih tingginya kasus Covid-19.

Jenderal lapangan pengendalian pandemi, yakni Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Panjaitan, sebelumnya mengklaim bahwa PPKM Darurat efektif untuk mengendalikan pandemi. Dua hari kemudian, ia membuat pernyataan berbeda dengan menyebut virus Covid-19 varian delta sulit dikendalikan.

Dalam pernyataan resminya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Mulyo Aji menggelar rapat evaluasi PPKM Darurat, di mana salah satunya mengevaluasi pemberlakuan pembatasan mobilitas di 100 titik penyekatan.

“Jadi kami rapat koordinasi tadi melakukan evaluasi dan harapannya hari-hari ke depan sambil menunggu keputusan pemerintah terkait PPKM darurat, kita siap-siap laksanakan bersama,” tutur dia pada Minggu (18/7/2021). DKI-provinsi terpadat kedua nasional-selama ini menjadi penyumbang utama kurva kenaikan kasus Covid-19.

Anies menyatakan, Jakarta siap apabila masa PPKM Darurat kembali diperpanjang. Untuk saat ini, pihaknya masih menunggu arahan dari pemerintah pusat yang dikomandoi Luhut (untuk PPKM Jawa Bali). Di luar itu, PPKM Mikro di luar Jawa Bali masih dijalankan, di bawah komando Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Meski Indonesia mencetak perlandaian kasus harian di penghujung pekan ini, tetapi pemerintah masih harus bekerja ekstra keras, karena pada kenyataannya tingkat penyebaran virus Indonesia masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan 240 negara dan teritori administratif di dunia.

Mengacu pada data Worldometers, penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia per hari Minggu ini masih menjadi yang terburuk di dunia, mengalahkan Rusia (25.018 kasus baru) dan Iran (22.184 kasus baru).

Secara kumulatif untuk melihat apakah PPKM Darurat dalam 2 pekan terakhir ini lebih efektif mengekang kasus penyebaran virus dibandingkan dengan negara-negara lain, kita harus membandingkan jumlah penambahan secara kumulatif dalam periode tersebut, dan bukan hanya 3 hari terakhir.

Hasilnya, angka konfirmasi pasien baru Covid-19 di Indonesia dalam 2 pekan terakhir ini mencapai 575.904 kasus, atau tertinggi kedua setelah Brazil (sebanyak 600.423 kasus). Dengan demikian, Indonesia menyumbang nyaris 10% dari total kasus baru yang terkonfirmasi di seluruh dunia dalam periode yang sama, yakni sebanyak 6,5 juta.

Untuk Indonesia sendiri, angka penambahan kasus baru dalam 2 pekan ini setara dengan 20% atau seperlima dari total kasus di sepanjang 16 bulan pandemi berlangsung. Artinya, Indonesia hanya perlu 2 minggu untuk jatuh di jajaran negara dengan lonjakan kasus Covid-19 terburuk.

Oleh karena itu, potensi perpanjangan PPKM Darurat sangat mungkin terjadi. Kebijakan andalan pemerintah ini diharapkan membuat masyarakat menghindari terbentuknya kerumunan untuk mencegah penyebaran.

Indonesia kini menghadapi apa yang dialami India pada Mei lalu, dengan virus varian delta-nya. Pekerjaan rumah yang diabaikan pada periode tersebut, dengan membuka gerbang kedatangan pengujung dari India, berujung pada konsekuensi berat yang ditanggung oleh seluruh rakyat.

Keputusan pemerintah untuk teledor dengan melaksanakan karantina bagi pendatang hanya 5-12 hari, atau lebih longgar dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yakni minimal 14 hari, kini berbuah pahit.

Alih-alih menjaga ekonomi terus berjalan, kebijakan yang fleksibel dan anti karantina wilayah (lockdown)-dalam skala mikro (di tingkat RT/RW maupun rumah tangga) sekalipun, kini membuat Indonesia di-lockdown negara-negara lain.

Enam negara telah membatasi/melarang kunjungan dari Indonesia yakni Hong Kong, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, dan Eropa. Terbaru, Jepang mengevakuasi warganya dari Indonesia, mengindikasikan kemasygulan mereka terhadap daya tampung rumah sakit kita. (*)

    Komentar