SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Tim Pengabdian Universitas Sriwijaya (Unsri) melakukan Pengabdian Pada Masyarakat. (PPM).
Kali ini pengabdian tersebut dilakukan di Pagaralam Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel).
Dalam pengabdian kali ini Dosen Unsri mengadakan pelatihan pembuatan Cascara.
Cascara sendiri merupakan produk olahan dari kulit biji kopi (mesocarp), yang sering disebut sebagai teh kulit kopi. Secara visual bentuknya mirip seperti kismis kering atau kulit kacang.
Cascara merupakan produk yang inovatif, ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi jika dibandingkan dengan produk olahan kulit kopi sebelumnya. Seperti kompos, pakan ternak, pelet dan lain-lain.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr Ir UMI ROSIDAH MS mengatakan, teh cascara memiliki rasa pahit, kelat, sedikit manis dan aroma yang khas seperti teh herbal dengan paduan beberapa flavour buah. Seperti mangga, ceri, mawar, asam jawa dan madu pahit Bangka.
Pada pengolahan kopi menjadi green bean, roasted bean dan ground bean (kopi bubuk) menyisakan limbah, dan limbah yang jumlahnya paling besar berasal dari kulit luar (pulp atau mesocarp).
“Proporsi kulit kopi yang dihasilkan dalam pengolahan kopi cukup besar, yaitu sebesar 40 hingga 45 persen. Sehingga jumlah kulit kopi dari Provinsi Sumatera Selatan sekitar 60.750 ton pertahun. Hal ini merupakan potensi ekonomi yang sangat potensial,” kata Umi, Rabu (09/11).
Menurut Umi, kulit biji kopi mengandung beberapa senyawa fungsional. Seperti kafein (kandungannya 8 kali lebih rendah dari biji kopi) dan golongan polifenol (flavan-3-ol, asam hidroksinamat, flavonol, antosianidin, katekin, epikatekin, rutin, tanin, asam ferulat).
Golongan senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sehingga cascara banyak digunakan sebagai minuman herbal, minuman kecantikan dan produk kesehatan, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta dapat mencegah atau menekan pertumbuhan kanker.
Sementara itu, anggota kegiatan, Sugito STP MSi mengatakan, pada pengabdian dosen kali ini, pihaknya sengaja memilih Putra Abadi, yang merupakan salah satu IKM yang ada di Kota Pagaralam. Hal itu dikarenakan lokasi tersebut sangat strategis. Karena, berada di jalur pelintas wisatawan, tepatnya di jalan raya Pagaralam-Lahat, Desa Suka Cita, Kelurahan Atung Bungsu, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam.
“Jalur ini juga dilewati oleh kendaraan dari Pagaralam menuju Jakarta. Yang lebih menguntungkan lagi, sejak tahun 2015. Jalur ini merupakan jalur utama menuju bandara Atung Bungsu Pagaralam,” ungkap Sugito.
Lanjut Sugito, hal itu dapat menjadikan IKM Putra Abadi terus tumbuh dan dikunjungi banyak pelanggan. Dimana, Putra Abadi memiliki produk andalan berupa kopi premium yang dijual dalam bentuk kopi sangrai dan kopi bubuk.
“Kopi nya diolah dengan cara natural, pengolahan basah dan honey proses,” tutur Sugito.
Sugito menjelaskan, dari kapasitas produksi 500 Kg perbulan, Putra Abadi akan menghasilkan limbah berupa kulit kopi sebanyak 150 hingga 200 Kg, yang dibuang begitu saja, atau kadang dimanfaatkan sebagai pupuk. Sementara limbah kulit kopi ini. Jika dibuang di lingkungan area pabrik akan menghasilkan bau yang tidak sedap atau bau busuk.
“Sementara limbah kulit kopi ini bisa dimanfaatkan menjadi produk seperti teh yang dikenal sebagai cascara. Harga cascara di toko online berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp250 ribu per Kg. Ini bisa menjadi sumber pendapatan yang potensial bagi IKM Putra Abadi, tanpa harus melakukan investasi yang besar,” imbuh Sugito.
Pemilik IKM Putra Abadi, Weni berterima kasih atas pelatihan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Unsri. Beserta dibantu oleh mahasiswa. Dengan adanya pelatihan itu, Weni mengaku, jika kini mereka sudah bisa memprodukai cascara
“Ini merupakan cita-cita yang sudah lama tidak terlaksana. Marena belum menguasa teknologi pembuatannya. Sekarang Putra Abadi siap menjadi produsen cascara satu-satunya di Sumatera Selatan,” kata Weni dengan semangat.
Adapun dosen lainnya yang terlibat pada kegiatan itu, yakni Drs Giartama MPd, Prof Dr Ir Filli Pratama MSc, Dr Ir Nura Malahayati MNSc, Dr Ir Kiki Yuliati MSc, Prof Dr Ir Tamrin MSi, Dr rer nat Ir Agus Wijaya MSi dan Dr Budi Santoso STP MSi. (*)
Komentar