SUARAPUBLIK.ID, LUMAJANG – Gunung Semeru di Kebupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi alias meletus pada Sabtu (4/12) sore. Letusan diawali oleh banjir lahar dan guguran awan panas sekitar pukul 14.47 WIB.
Dari laman cnn indonesia, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur (Jatim) Budi Santosa menyebut, erupsi Semeru memicu hujan abu di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, serta Supiturang, Pronojiwo, Lumajang.
Erupsi mengakibatkan kecamatan di Kabupaten Pronojiwo dan Candipuro, Lumajang, gelap gulita. Warga Kabupaten Lumajang pun mengungsi ke rumah ibadah dan kantor kepala desa setempat.
Tak lama berselang, Camat Ampelgading, Kabupaten Malang, Ahmad Sofie menyebut hujan abu dari erupsi sudah mencapai daerah tersebut. Meski demikian, kondisinya tak separah di wilayah Kabupaten Lumajang.
Dia menyebut ada dua desa di wilayah Kecamatan Ampelgading yang dekat dengan Kabupaten Lumajang, yakni Desa Tamansari serta Desa Argoyuwono, tapi sampai saat ini belum ada laporan terdampak erupsi.
Sekitar pukul 16.00 WIB, erupsi dan semburan awan panas dilaporkan membuat Jembatan Perak, penghubung Kabupaten Lumajang-Kabupaten Malang, ambruk dan arus lalu lintas lumpuh total.
Jembatan tersebut merupakan penghubung jalan nasional dan merupakan jalur evakuasi penting karena menghubungkan Kecamatan Pasiriandi, Lumajang ke Kecamatan Dampit, Malang.
“Sekitar pukul 16.00 WIB, jembatan Perak ambruk diterjang lahar panas Gunung Semeru. Arus lalu lintas lumpuh total akibat Jembatan Perak tidak bisa dilintasi” ujar Ngatemi (53), warga Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Sabtu (4/12).
Tak hanya itu, Jembatan Gladak Perak juga putus akibat terjangan material erupsi Semeru. Jembatan merupakan penghubung antara Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang.
Akibatnya evakuasi warga di sejumlah desa Kecamatan Pronojiwo terhambat dan mereka harus mengambil jalan memutar melalui wilayah Malang Selatan.
Sebagai upaya mengurai lalu lintas, Satlantas Polres Lumajang Jawa Timur melakukan rekayasa lalu lintas pasca erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) sore.
Beberapa ruas jalan ditutup di antaranya jalur Malang-Lumajang melalui Jembatan Perak, dan Jalur Lumajang-Poncokusumo Kabupaten Malang diarahkan untuk putar balik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang meminta masyarakat dan pengunjung untuk tidak beraktivitas pada jarak 1 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara selatan.
Meski begitu, pada Sabtu (4/12) malam, status Gunung Semeru masih pada level II atau Waspada. Diketahui, status gunung api memiliki total empat level. Level IV menjadi yang paling tertinggi.
“Kami simpulkan potensi ancaman bahaya tingkat aktivitas Semeru di level II atau Waspada,” ujar Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dalam konferensi pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (4/12).
Menurut dia, kemungkinan besar letusan Gunung Semeru diakibatkan faktor eksternal, curah hujan tinggi yng memicu runtuhnya bibir lava sehingga terjadi erupsi.
Hal ini juga dinilai lantaran aktivitas suplai magma dan material pada November dan pada 1-3 Desember tidak mengalami perubahan signifikan. Catatan kegempaan juga dikatakan relatif rendah.
Ia menuturkan Semeru sejauh ini memberi setidaknya lima jenis ancaman. Pertama, lontaran batu pijar di sekitar puncak. Kedua, material abu, yang masih tergantung arah dan kecepatan angin.
Ketiga, awan panas guguran. Keempat, guguran batuan dari kubah atau ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Kelima, lanjutnya, “Jika terjadi hujan akan terjadi lahar disepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.”
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan sebanyak 45 orang mengalami luka bakar per Sabtu (4/12) malam. Mayoritas korban diperkirakan teritimbun material erupsi yang melanda empat wilayah RT di satu RW.
“Sementara ini luka bakar 45 orang, yang berat dan dirujuk ke RSUD dan RS Bhayangkara 17 orang,” kata dia.
Budi menjelaskan berdasarkan laporan yang dia terima, rata-rata korban menderita luka bakar tingkat 2A-B, enam orang mengalami luka bakar 50 persen, dan empat orang dirawat di ICU.
“Korban yang dirujuk ke RSUD Dr Haryoto satu orang karena butuh infus vena sentral,” kata dia.
Para korban dilaporkan telah menumpuk di Puskesmas setempat, Dinas Kesehatan Lumajang saat ini butuh pasokan obat-obatan untuk luka bakar. Tenaga kesehatan juga disebut membutuhkan perlengkapan tambahan untuk merawan korban.
BPBD setempat menentukan tiga lokasi pengungsian sementara masyarakat terdampak abu vulkanik Semeru, yakni di Pertigaan Jalan Pronojiwo, desa Supiturang, Balai Sesa Sumber Wuluh Candipuro dan Balai desa Kamarkajang Candipuro.(*)
Komentar