Depo LRT Dikenalkan Kembali ke Masyarakat

Ekonomi47 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Ligh Rail Transit (LRT) Sumsel yang mulai beroperasi p ada 2018 untuk mendukung pengelenggaraan Asian Games, kini difungsikan sebagai moda transportasi baru di kota Palembang. Banyak kalangan menamakan LRT ini sebagai Spor Pucuk (Kereta yang ada di atas).

Untuk kembali mengenalkan LRT dan Depo (Tempat perawatan kereta) LRT. Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan, kembali menyelenggarakan kegiatan Press Tour 2021. Dengan mengundang jurnalis media cetak elektronik dan juga penggiat sosial media di kota Palembang, Senin (27/12/2021). Kegiatan tersebut diselenggarakan di Depo LRT Sumatera Selatan.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Balai Pengelola KA Ringan Sumsel, Prih Galih, menyampaikan paparannya mengenai bangunan apa saja yang ada di area Depo serta fungsi-fungsi peralatan di Depo LRT Sumatera Selatan. Seperti Workshop dan Operation Control Centre (OCC) yang digunakan sebagai Support dalam operasional LRT Sumatera Selatan.

Selama acara berlangsung, para jurnalis dan penggiat sosial media juga diajak berkeliling melihat teknologi kekinian OCC, sebagai ruang kontrol LRT Sumatera Selatan dan melihat secara langsung proses perawatan sarana (Kereta) LRT Sumatera Selatan.

“LRT mulai dioperasikan bulan Juli tahun 2018 seiring dengan penyelenggaraan Asian Games. Panjang jalur KA Ringan Sumsel adalah 23,4 Km dengan 13 (tigabelas) Stasiun. Membentang dari Bandara SMB II sampai dengan Depo Jakabaring. Ke 13 stasiun tersebut adalah St. Bandara, St. Asrama Haji, St. Puntikayu, St. RSUD, St. Garuda Dempo, St. Demang, St. Bumi Sriwijaya, St. Dishub, St. Cinde, St. Ampera, St. Polresta, St. Jakabaring dan St. DJKA. Untuk kemudahan penumpang naik dan turun stasiun, dilengkapi dengan lift dan elevator,” jelas Galih, Senin (27/12/2021).

Lanjut dia, untuk desain konstruksi menggunakan konstruksi elevated/layang dengan slab track. Penggunaan teknologi slab track ini merupakan yang pertama kalinya digunakan dalam pembangunan Jalur KA di Indonesia. Salah satu pertimbangan penggunaan Slab Track adalah slab track lebih mudah dalam perawatan.

“Sedangkan, Kereta yang digunakan merupakan produk dari Bangsa Indonesia yaitu dari PT. INKA dengan beban gandar 12 ton. Jumlah kereta yang dioperasikan 6 (enam) train set dan 2 (dua) cadangan dan setiap trainset terdiri dari 3 kereta. Body didesain dengan menggunakan allumunium alloy dan kabin menggunakan komposit. Kereta api ringan ini dirancang untuk depat melaju dengan kecepatan 100 km/jam, sedangkan desain untuk pengoperasian maksimum 85 km/jam. Kereta di suplai dengan daya listrik 750 VDC dengan aliran listrik rel ketiga (Third Rail). Sistem persinyalan yang digunakan yaitu ETCS (European Train Control System) Level l,” ungkapnya.

Di area workshop terdapat banyak peralatan untuk mendukung perawatan sarana seperti Mobile lifting jack untuk mengangkat bodi sarana pada saat perawatan boogie kereta, lalu terdapat underfloor wheel lathe, above floor wheel lathe, axle lathe untuk membubut roda sarana dan as roda sarana. serta tmc zephyr untuk menarik dan mendorong sarana masuk ke depo maupun menuju ke reception track sesaat sebelum kereta naik ke jalur untuk beroperasi.

Lalu mengintip main control room milik OCC yang terletak dilantai 2 gedung OCC. Di sini jurnalis dan penggiat sosial media diajak untuk melihat pusat pengendalian dan monitoring sistem operasional LRT yang menggunakan system ETCS Level 1.

“Kami senang dapat mengajak teman-teman jurnalis dan penggiat sosial media ke Depo LRT Sumatera Selatan. Di sini kami dapat memperkenalkan salah satu depo perawatan kereta yang dilengkapi dengan pusat kontrol yang canggih. Kami juga berharap bagi temen pers dan penggiat media sosial dapat lebih memperkenalkan LRT kepada masyarakat Palembang,” ucapnya. (Rel)

    Komentar