Inflasi Juni 2025: Inflasi Sumsel Terkendali, Daya Beli Masyarakat Tetap Terjaga

SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Provinsi Sumatera Selatan mencatatkan inflasi sebesar 0,08 persen pada Juni 2025 secara month to month (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,35 persen. Secara tahunan, inflasi Sumsel juga menunjukkan tren peningkatan menjadi 2,44 persen year on year (yoy), dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,33 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel Bambang Pramono, menyebutkan bahwa meskipun terjadi peningkatan, inflasi Sumsel masih berada dalam batas aman sesuai dengan sasaran inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen.

“Inflasi kita masih terkendali. Kenaikan ini salah satunya karena beberapa komoditas strategis mengalami penyesuaian harga, namun daya beli masyarakat masih tetap terjaga,” ujar Bambang Selasa (2/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi pada Juni lalu antara lain beras, daging ayam ras, emas perhiasan, cabai rawit, dan telur ayam ras. “Beras naik karena memang sedang musim tanam, jadi pasokan berkurang. Tapi kita perkirakan panen raya padi pada Agustus sampai Oktober nanti akan membantu menstabilkan pasokan,” jelasnya.

Baca Juga :  ASN Palembang Wajib Kenakan Pakaian Dinas Lengkap Sesuai Perwali Nomor 23 Tahun 2025

Untuk daging ayam ras, lanjut Bambang, kenaikan harga terjadi karena meningkatnya permintaan masyarakat, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kegiatan sosial, sementara biaya produksi juga naik akibat harga pakan dan Harga Pokok Produksi (HPP) ayam hidup yang meningkat.

“Sementara harga emas perhiasan naik karena faktor eksternal, seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan pelemahan nilai tukar dolar AS yang berdampak pada harga emas global,” ujarnya.

Selain itu, kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh permintaan yang tinggi di tengah distribusi yang terhambat cuaca buruk. Adapun telur ayam ras mengalami kenaikan karena meningkatnya permintaan dan naiknya harga pakan ternak.

Baca Juga :  Komunitas Honda Palembang Meriahkan Nocturnity Riding, Tampilkan Performa Skutik Premium

Meski demikian, Pemerintah Provinsi Sumsel melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui berbagai langkah konkret. Bambang menyebutkan bahwa pendekatan yang digunakan tetap mengacu pada strategi 4K, yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

“Kita sudah lakukan operasi pasar murah di beberapa wilayah untuk bantu masyarakat. Selain itu, kita juga mulai bangun kerja sama antar daerah untuk memperkuat pasokan, misalnya dengan Subang, Karawang, dan Sumatera Barat untuk beras, cabai, dan bawang,” paparnya.

Baca Juga :  Dorong Penetrasi Pasar Ekspor Global melalui Keuangan Inklusif, OJK Sumsel Bersama Pemprov Sumsel Perkuat Sinergi Pembiayaan Produktif Komoditas Kopi

Dalam mendukung produksi lokal, Bank Indonesia juga mendorong program budidaya komoditas strategis melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Program ini menyasar 68 dasawisma yang melibatkan 1.020 rumah tangga dan 17 Kelompok Wanita Tani (KWT), serta 10 panti sosial di berbagai daerah.

“Kita juga lakukan subsidi biaya angkut bersama Bank Indonesia dan sektor swasta agar distribusi makin lancar, sehingga harga di pasar bisa lebih stabil,” tambahnya.

Bambang optimistis inflasi di Sumsel akan tetap berada dalam jalur yang terkendali ke depan. “Kolaborasi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan berbagai pihak terus diperkuat lewat GNPIP dan GSMP. Kita ingin tidak hanya menekan inflasi, tapi juga memperkuat ketahanan pangan dan perekonomian daerah secara berkelanjutan,” pungkasnya.

    Komentar