SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Kantor Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) atau yang biasa di sebut Kantor Gubernur Sumsel saat ini telah memiliki tampilan baru terutama pada sisi depan gedung bertingkat tiga ini.
Kantor yang diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, pada 3 November 1960 ini tampilannya cukup menonjol dengan tambahan Ornamen Tanjak serta penempatan nama Kantor Gubernur Sumsel yang terlihat lebih modern dari sebelumnya.
Bahkan di bagian tengah di tutupi oleh dinding kaca seperti gaya gedung gedung moderen pada umumnya. Sedangkan disisi kanan kiri dihiasi cuttin APC dengan motif corak batik yang beragam. Sedangkan Ornamen tanjak berada di atap bagian tengah gedung dengan warna khas Merah dan corak emas.
Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Setda Provinsi Sumsel, Sandi Fahlevi melalui Kasubbag Pemeliharaan Gedung, Sarmedi mengatakan, ornament tanjak dipilih untuk menampilkan ciri khas dan kebudayaan Sumsel. Hal ini juga selaras dengan Perda No 2 Tahun 2021 tentang arsitektur bangunan gedung berornamen jati diri budaya Sumsel.
“Konsep yang diusung kearifan lokal dengan mengedepankan ciri khas budaya Sumsel,” ujar Sarmedi saat dibincangi, Selasa (4/12/2022).
Menurutnya, rehabilitasi tersebut tidak sampai mengganggu atau merubah struktur bangunan yang telah berusia 61 tahun tersebut. Sebab, sesuai dengan usianya, bangunan tersebut sudah termasuk kategori cagar budaya yang harus dilestarikan.
“Makanya untuk rehabilitasi ini tidak ada yang diubah. Tampilan visual hill dengan penambahan cutting APC juga hanya menempel saja. Tidak sampai merusak struktur bangunan,” katanya.
Pemeliharaan gedung juga menemui tantangan. Pasalnya, banyak bagian bangunan yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi yang ada saat ini. Seperti jalur pipa air yang ditanam di tiang ataupun struktur bangunan lainnya.
“Pipa airnya ini kan dari besi. Sehingga kerap menimbulkan korosi. Nah, inilah yang kadang harus kita awasi,” jelasnya.
Saat ini rehabilitasi gedung pemerintahan tersebut telah masuk tahap finishing dan akan segera selesai. Proses rehabilitasi bangunan tersebut memakan waktu 150 hari kerja. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp13 miliar. Kegiatan rehabilitasi meliputi perbaikan tampilan depan gedung dan pembangunan Musala baru serta areal kantin yang ada di belakang gedung. (ANA)
Komentar