Sungai Desa Lingkis Diduga Tercemar Limbah Pabrik Sawit

SUARAPUBLIK.ID, OKI – Meski masih menunggu hasil uji laboratorium atas dugaan pencemaran sungai yang diduga berasal dari pembuangan limbah PT SUN Sawit Indah Grup. Namun beragam keluhan akibat buruknya tata kelola limbah pabrik minyak kelapa sawit, semakin meluas.

Sementara ada 80 persen warga Desa Lingkis, Jejawi menggantungkan kebutuhan airnya dari sungai tersebut. Seperti untuk memasak dan keperluan lainnya di sungai yang kini ditenggarai telah bercampur limbah pabrik.

Selain berdampak iritasi kulit, dampak sungai tercemar yang konon telah berlangsung tahunan tersebut, dapat dijadikan momentum keterbukaan informasi Amdal perusahaan untuk lebih terbuka kepada publik.

Tudingan kerusakan lingkungan yang dikeluhkan warga, justru berbanding terbalik dengan pernyataan perusahaan. Kepala Tata Usaha PT SUN Sawit Indah Grup, Ferry mengaku pihaknya belum menerima laporan keluhan warga sama sekali.

Lebih lagi, menurut pengakuan Ferry, jika pabrik minyak sawit tersebut telah memenuhi persyaratan AMDAL secara periodik dari instansi terkait.

Baca Juga :  Pemkab - Kemenkominfo Teken MOU, OKI Segera Menjadi Smart City

“Untuk limbah pengolahan kita bagus. Kami membuang tetap air bersih sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Total ada 14 kolam penampungan limbah, salah satunya ada yang bisa sampai memelihara ikan,” dalihnya.

Sebaliknya, menurut Ketua Jaringan Pendamping kinerja Pemerintah Kabupaten OKI, Ali Musa menduga, keterangan yang diperoleh perwakilan perusahaan itu, boleh dibilang sebagai upaya menutupi dugaan pencemaran lingkungan.

“Percuma kucuran CSR digelontorkan kalau akhirnya keberlangsungan lingkungan justru terkontaminasi limbah pabrik,” kata Ali Musa, Kamis (21/4/2022).

Ia beralasan, penyampaian keterangan tersebut lebih komprehensif bila dikemukakan tim teknis perusahaan bukan mendapat informasi berlatar bidang administrasi seperti Ferry tersebut.

Terlebih sejumlah jurnalis yang meliput masalah ini, diarahkan menuju lokasi limbah bukan diperkenankan melihat langsung instalasi pembuangan limbah yang diklaim perusahaan sudah sempurna dan layak.

“Selain inspeksi luapan limbah di sungai sebaiknya instalasi pengelolaan limbah juga ditinjau. Dinas Lingkungan Hidup hanya berkutat di hilir, sedangkan hulu cenderung diabaikan. Pemeriksaan ini kurang lengkap,” ungkap dia.

Baca Juga :  Peringati Hari Bhakti Pemasyarakatan Ke-58, Lapas Kayu Agung Gelar Upacara dan Tabur Bunga

Di tempat berbeda, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) OKI, Aris Panani mengatakan, pihaknya telah melakukan identifikasi status sungai yang berdampak puluhan warga mengalami iritasi kulit.

Sejauh ini, pengambilan sampel telah dilakukan di tiga titik lokasi. Aris mengakui, kalau saat ini air sungai telah mengandung lemak (minyak) dan juga ada kandungan zat besi (Fe).

“Kalau secara kasat mata memang terlihat perubahan sungai. Akan tetapi belum bisa kita pastikan karena menunggu hasil laboratorium provinsi dengan mengambil sampel di tiga titik sungai,” ujar Aris.

Sementara diungkapkan Aris, untuk hasilnya menunggu 10 hari ke depan. Nantinya jika terbukti air sungai tercemar akibat limbah pabrik, maka sanksi akan dilayangkan kepada pabrik tersebut.

“Iya kita lihat dulu hasil dan indikasinya, apakah hasilnya melebihi ambang batas zat-zat tertentu,”

“Kalau sudah keluar hasilnya nanti tim ketahanan kita menindaklanjuti bersama dinas lingkungan hidup kabupaten dan provinsi,” bebernya.

Baca Juga :  Dandim 0402/OKI Sambangi Warga Sakit, Salurkan Bantuan TPKLWN

Ketika ditanya mengenai kebijakan kepedulian pabrik terhadap AMDAL selama ini, Aris menuturkan jika tindakan pihak pabrik sejauh ini sudah mencerminkan perusahaan yang layak lingkungan.

“Pabrik ini pernah kita lihat jika untuk kolam penampungan limbahnya sudah tersedia dan memenuhi syarat Amdal,” tutur dia.

“Bahkan tiap semester juga mereka lakukan uji limbah di sungai-sungai sekitar pabrik, dan setiap bulan juga mengirimkan hasil lab terkait limbah,” jelasnya.

Sehingga, masih kata Aris, belum dapat dipastikan sepenuhnya apakah yang ada di sungai ini adalah benar limbah yang asalnya dari pabrik kelapa sawit atau karena faktor alam di sini.

“Bisa saja karena ada kanal-kanal yang baru, dan teman-teman petani juga kini sudah mulai mengolah sawah. Intinya tergantung variabel terbesarnya yang membuat kontribusi perubahan air sungai ini dari mana,” tandasnya. (Dhi)

    Komentar