SUARAPUBLIK.ID, JAWA BARAT – Polisi memeriksa belasan orang berkaitan dengan kasus anak di Tasikmalaya yang meninggal dunia diduga akibat depresi karena perundungan dan dipaksa menyetubuhi kucing.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo mengatakan, para saksi yang dimintai keterangan berasal dari berbagai pihak termasuk juga keluarga korban.
Semua pemeriksaan dilakukan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) bagian Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA).
“Kita sudah melakukan pemeriksaan kurang lebih sekitar 15 orang untuk dimintai keterangan, termasuk keluarga korban, tapi kita baru memeriksa dalam tahap interogasi saja,” kata Ibrahim Tompo, Jumat (22/7/2022) dilansir merdeka.com
Perlu pendalaman, ada beberapa opini yang terbentuk dengan adanya bully tersebut di mana akhirnya korban meninggal dunia,” dia melanjutkan.
Ibrahim Tompo mengaku belum bisa memberikan keterangan lebih rinci. Terlebih belum ada pihak yang melapor atas kasus tersebut.
Meski demikian, pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh. Kepolisian pun menelusuri orang yang terlibat dalam dugaan pemaksaan anak menyetubuhi kucing, pihak yang merekam video dan pengunggahnya ke media sosial.
“Ya jadi semua nanti akan berusaha kita perjelas, karena sampai sekarang belum ada laporan dari pihak korban atau pihak keluarga. Kita perjelas dulu tentang adanya peristiwa tersebut. Kemudian kita akan lihat sangkutan apakah ada pidana atau tidak di dalamnya, termasuk pembuatan video, kemudian potensi yang lain, sehingga upload di medsos,” pungkasnya.
Bocah korban perundungan di Kabupaten Tasikmaya meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Singaparna Medika Citrautama (SMC). Dalam diagnosanya, anak yang masih berusia 11 tahun itu dinyatakan meninggal karena ada komplikasi tifoid.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD SMC Adi Widodo mengatakan bahwa korban diketahui dibawa oleh pihak keluarga ke tempatnya pada Sabtu (16/7) sekitar pukul 19.00. Saat itu, kondisi pasien diketahui dalam kondisi penurunan kesadaran.
Berdasarkan keterangan dari orang tuanya, korban diketahui sudah mengalami penurunan kesadaran sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit.
“Jadi ada demam sudah satu minggu dan kondisi lemah tidak bisa makan minum, berdasarkan pengakuan keluarga. Secara medis, penyebab kematian hasil diagnosis akhir ada komplikasi dari tifoid yang menyerang ke otak. Neuropati tapi masih suspek,” kata Adi kepada wartawan.
Korban Perundungan Meninggal karena Komplikasi Tifoid
Bocah korban perundungan di Kabupaten Tasikmaya meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Singaparna Medika Citrautama (SMC). Dalam diagnosanya, anak yang masih berusia 11 tahun itu dinyatakan meninggal karena ada komplikasi tifoid.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD SMC Adi Widodo mengatakan bahwa korban diketahui dibawa oleh pihak keluarga ke tempatnya pada Sabtu (16/7) sekitar pukul 19.00. Saat itu, kondisi pasien diketahui dalam kondisi penurunan kesadaran.
Berdasarkan keterangan dari orang tuanya, korban diketahui sudah mengalami penurunan kesadaran sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit.
“Jadi ada demam sudah satu minggu dan kondisi lemah tidak bisa makan minum, berdasarkan pengakuan keluarga. Secara medis, penyebab kematian hasil diagnosis akhir ada komplikasi dari tifoid yang menyerang ke otak. Neuropati tapi masih suspek,” kata Adi kepada wartawan. (*)
Komentar