Lebih Inovatif Dari Negara Barat, Indonesia Kembangkan Bioplastik Menggunakan Pati Dan Bekatul

Nasional74 Dilihat

SUARAPUBLIK.ID, Jakarta – Bioplastik tengah menjadi konsen dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Guna meneliti, mengembangkan dan membuat plastik berbahan dasar yang tidak bertentangan dengan sumber pangan.

 

Bioplastik yang tengah dikembangkan merupakan jenis plastik yang dibuat dari bahan alami atau organik, seperti singkong, jagung, kentang, dan tebu. Namun, bahan-bahan tersebut notabene adalah bahan pangan. Sehingga, perlu alternatif bahan baku bioplastik yang tidak bertentangan dengan sumber pangan.

 

Penelitian, dan pengembangan, bioplastik sebagai alternatif untuk menggantikan plastik konvensional. Karena Sifat bioplastik mudah terurai, sehingga ramah lingkungan

 

BRIN melalui Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB) menjalin kerja sama dengan PT. Batavia Fokus Teknoplas (BFT) dalam meneliti dan mengembangkan bioplastik berbahan dasar pati dan bekatul.

 

Direktur PT. BFT Bella Mahpud mengatakan, ide untuk membuat bioplastik muncul saat dia sekolah di Inggris. Hingga muncullah ide untuk membuat bioplastik dari bahan-bahan terbarukan seperti bekatul, singkong, dan jagung lahir setelah dia kembali ke Indonesia.

Baca Juga :  Melihat Keefektifan Inovasi Sosial Menjadi Jalan Terang Kemelut Kebakaran Hutan Indonesia

 

“Ide itu muncul karena, pertama, bioplastik di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand. Tetapi jika dibanding negara-negara barat, kita sangat inovatif, karena kita mempunyai sumber daya yang sangat melimpah,” katanya saat di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kamis (21/12/2023).

 

Lanjut Bella, anak-anak muda Indonesia banyak yang memiliki concern pengembangan bioplastik. Terbukti dengan banyaknya topik skripsi, tesis, dan disertasi tentang bioplastik.

 

Menurutnya, di Indonesia sudah banyak bioplastik dari singkong. Namun akselerasi keunggulan menggunakan bioplastik sendiri belum banyak.

 

“Dengan adanya BRIN yang terbuka pada startup yang mempunyai ide atau inovasi, bisa menjadi wadah. Karena startup itu mempunyai teori atau ide, namun tidak memiliki fasilitas untuk mengeksekusi. Diharapkan kerja sama dengan BRIN, kita bisa mengakselerasi,” harapnya.

Baca Juga :  Peringatan Hari Ibu, Perempuan Indonesia Harus Tetap Pede Berkarya

 

Riset mengenai bioplastik sudah banyak dilakukan, tetapi riset yang memenuhi kondisi dan kebutuhan pasar untuk bisa mengakselerasi hilirisasi produk tersebut belum banyak.

 

Produk bioplastik diharapkan dapat diterima masyarakat luas atau user friendly dan holistik, bahkan menyasar ke produk-produk vital seperti Polietilena tereftalat (PET).

 

Kepala PRBB BRIN Akbar Hanif Dawam mengatakan, ekosistem bioplastik di Thailand sudah mendukung dan maju. “Tak hanya menghasilkan produk bioplastik, tapi mereka (Thailand) juga menyiapkan alat-alat produksinya,” ungkap Dawam.

 

Dirinya memberikan tantangan produk bioplastik untuk kemasan minuman. “Bisa tidak clarity bioplastik tetap terjaga dalam mingguan atau bulanan? Karena bioplastik berwarna butek, tidak akan menarik konsumen,” tutur Dawam.

Baca Juga :  PT KAI Siapkan 4 Kereta Jasa Layanan Buat Mengisi Liburan

 

Dawam menyarankan kerja sama ini tidak berhenti pada pembuatan piring dan gelas bioplastik seperti yang sudah ada, yang memiliki kelemahan di mana oksigen transmission rate-nya tinggi.

 

Sebagai informasi, konsumsi produk plastik Indonesia per kapita pada 2022 tercatat mencapai 22,5 kilogram. Sedangkan penggunaan plastik saat ini mendekati angka sepuluh juta ton per tahun.

 

Di sisi lain, bahan pembuatan plastik berasal dari minyak bumi. Sementara, cadangan minyak bumi Indonesia terus berkurang. Bahan plastik konvensional sulit terdegradasi. Pada akhirnya menyebabkan masalah lingkungan.

 

Bioplastik dapat menjadi alternatif untuk menggantikan plastik konvensional. Sifatnya mudah terurai, sehingga ramah lingkungan.

    Komentar