SUARAPUBLIK.ID, MUBA – Debat pertama kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Musi Banyuasin (Muba) yang diselenggarakan oleh KPU Muba berlangsung di Gedung Dharma Wanita, Kamis (31/10). Dalam debat ini, calon bupati nomor urut 01, Lucianty, tampil lebih aktif dan lugas, menyampaikan visi dan misinya dengan jelas serta menjawab pertanyaan dari panelis dan lawannya dengan percaya diri.
Di sisi lain, calon bupati nomor urut 02, Toha Tohet, terlihat gugup dan beberapa kali meminta bantuan wakilnya, Rohman, untuk menjawab pertanyaan. Salah satu momen yang menjadi sorotan adalah ketika Toha Tohet menanggapi isu kesetaraan gender yang diangkat oleh Lucianty.
“Hadirnya kami di sini adalah bukti penerapan keadilan gender dalam pencalonan kami. Kami juga berencana membuat peraturan yang ramah gender dan memberikan pelatihan bagi perempuan untuk menduduki posisi struktural dalam pemerintahan guna menciptakan tata kelola yang baik,” ungkap Lucianty.
Namun, Toha Tohet memberikan tanggapan yang membingungkan terkait pemahaman istilah gender. “Gender itu adalah badan, perempuan atau misalnya di parlemen DPR itu diisi 30 persen perempuan dan di pemerintahan juga ada 30 persen kepala dinas perempuan. Tapi kalau bupati, itu bukan gender, karena tidak mungkin 30 persen,” jawabnya.
Pernyataan tersebut menimbulkan kritik dari berbagai pihak, termasuk aktivis Solidaritas Perempuan Palembang, Mutia Maharani. Ia menilai bahwa Toha Tohet menunjukkan kurangnya pemahaman tentang istilah gender. “Menurut kami, gender berkaitan dengan pembagian peran, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan,” ujarnya.
Mutia menambahkan bahwa kurangnya pemahaman calon pemimpin tentang gender bisa menjadi tanda kurangnya wawasan terhadap isu-isu kesetaraan dan hak-hak perempuan. “Pemahaman gender sangat penting bagi seorang pemimpin karena berdampak pada kebijakan yang mereka buat serta layanan yang diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Ini bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil,” jelasnya.
Komentar