SUARAPUBLIK.ID, PALEMBANG – Budidaya jamur tiram ternyata menjadi salah satu bisnis yang cukup menjanjikan, salah seorang petani jamur tiram di Kota Palembang telah membuktikannya sendiri.
Pemilik usaha ‘SiTiearam’, John Heri yang berlokasi di Kelurahan Sukodadi, Kecamatan Sukarami menyebut jika kebutuhan jamur di Palembang mencapai kisaran 750 sampai 800 kilogram (Kg) per hari.
“Sementara, suplai yang tersedia di wilayah ini baru mencukupi sekitar 50 persen, dan sisanya dipasok dari beberapa daerah tetangga seperti Lampung,” ujar John saat dibincangi langsung, Senin (23/6/2025).
Oleh sebab itu, dirinya mulai mempertimbangkan kembali potensi keuntungan bisnis jamur tiram tersebut.
“Sekarang jamur yang saya budidayakan ada dua kumbung, dengan kapasitas 3000 baglock (media tanam) per kumbung. Tapi, yang sudah rutin itu baru satu kumbung atau 3.000 an baglock,” imbuhnya.
Ia mengatakan dalam satu kumbung jumlah produksinya saat ini mencapai kisaran 15 Kg jamur tiram segar per hari.
“1 kg kalau saya jual di kumbung ini, karena petik fresh langsung di kebun harganya Rp25 ribu. Sedangkan kalau untuk suplay ke pasar atau pedagang sayur kita kasih harga Rp18 ribu sampai Rp20 ribu per kg,” katanya.
Hasil budidaya jamur miliknya saat ini belum masuk ke pasar modern ataupun wilayah lain, jamur tiram miliknya baru dijual di beberapa pasar tradisional saja.
“Budidaya ini dipengaruhi oleh jumlah produksi yang masih minim atau belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, makanya baru kita suplay ke pasar tradisional atau ke orang yang datang langsung kesini. Kalau untuk omset, sekarang ini masih sekitar Rp10 juta per bulan,” tuturnya.
Selain itu, John hanya memiliki peralatan seadanya, seperti misalnya steamer jamur yang memanfaatkan drum dengan kapasitas 110 baglock per satu drum.
“Proses pengadukan (mixer) media tanam masih dilakukan manual dan cukup memakan waktu. Kita untuk estimasi pembuatan satu kumbung itu Rp30 juta, belum termasuk peralatan yang perkiraannya itu Rp70-80 juta,” kata dia.
Ia berharap target jangka pendek yang dia miliki saat ini yaitu, bisa meningkatkan kapasitas budidaya untuk meningkatkan produksi jamur tiram segar.
“Kita juga sedang mencoba tahapan hilirisasi produk seperti salah satunya keripik jamur. Sebenarnya semua sudah ada di kepala (ide) tapi untuk saat ini kita masih berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi jamur tiram segar dulu,” ucapnya.
John mengungkapkan jika sebenarnya dirinya telah mulai fokus membudidayakan jamur tiram sejak tahun 2012. Namun, ketertarikannya pada bidang ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2010, setelah dia melakukan studi banding ke salah satu petani jamur di Palembang.
Sebelumnya John pernah bekerja di sektor formal. Akan tetapi, karena orang tuanya sakit terkena stroke, dirinya memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari peluang usaha yang bisa dikerjakan dari rumah.
“Dari situlah saya pikir usaha jamur ini yang paling cocok karena lebih banyak di rumah, apalagi peluang pasar masih terbuka lebar,” ungkap dia.
Komentar